Berita Kampus
Sinergi UPER, Pertamina dan Exxon Menyiapkan Lulusan Sadar EBT

Published by: Universitas Pertamina 15 February 2023
Di baca: 10 kali
Universitas Pertamina, 15 Februari 2023 - Di tengah upaya pemerintah menggenjot produksi migas, menyeruak kekhawatiran akan dampaknya terhadap pemanasan global. Teknologi penangkap emisi karbon hasil produksi energi, Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS), digadang sebagai salah satu solusinya. International Energy Agency memperkirakan potensi teknologi CCUS di Indonesia mampu menangkap CO2 sebesar 6 juta ton pada tahun 2035.

Disamping CCUS, pemerintah terus mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT). Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Rida Mulyana, menjelaskan bahwa di tahun 2023 terjadi peningkatan kapasitas EBT di Indonesia. Terdapat sekitar 3.700 GW peluang EBT, dibandingkan tahun 2022 yang sebesar 3.000 GW. 

Senior Vice President of Research and Technology Innovation Pertamina, Dr. Oki  Muraza, mengatakan Pertamina aktif mengembangkan teknologi CCUS dan EBT. Kemutakhiran teknologi CCUS sangat membantu dalam produksi migas sekaligus mengurangi emisi karbon.

“Pertamina berupaya menciptakan teknologi yang meminimalisir penghasil karbon. Selain mengurangi emisi karbon, CCUS kini digunakan untuk menangkap dan mengubah karbon menjadi energi,” ujar Oki dalam gelaran General Lecture bertema ‘Innovating Energi Solutions for A Net-Zero Future' yang diselenggarakan Universitas Pertamina bekerja sama dengan ExxonMobil dan Pertamina pada 2 Februari 2023 silam.

Kuliah umum ini bertujuan meluaskan wawasan mahasiswa terhadap EBT. Sehingga dapat mendukung penyiapan mereka sebagai calon pelaku industri energi masa depan yang sadar EBT.

"Melalui pengajaran seperti dalam mata kuliah Pengantar Teknologi dan Bisnis Energi, mahasiswa disiapkan untuk terjun sebagai pelaku industri di bidang energi. Mereka tak hanya diberi pengetahuan terkait energi fosil. Lebih dari itu, mahasiswa mempelajari konsep dasar dan cara kerja dari perlatan di industri EBT, perkembangan teknologi dan riset EBT, serta hambatan dan peluang bisnisnya," ujar Raka Sudira Wardana, M.T., pakar migas sekaligus dosen Universitas Pertamina.

Turut berbicara di acara tersebut, Vice President Low Carbon Solutions Technology, ExxonMobil Technology and Engineering Company, Dr. Prasanna V. Joshl. Ia memaparkan upaya ExxonMobil mengembangkan dua teknologi penangkap emisi karbon yaitu CCUS dan Direct Air Capture (DAC). 

“CCUS menggunakan teknologi fuel cell stack, yaitu perangkat penghasil listrik melalui proses reaksi elektrokimia dengan kombinasi hidrogen dan oksigen. CO2 yang dihasilkan dari industri, listrik, dan udara diproses melalui fuel cell process, kemudian hasilnya disimpan pada perangkat tertentu maupun diinjeksi ke bumi. Sedangkan DAC adalah teknologi yang digunakan untuk menghisap CO2 langsung di atmosfer,” jelas Prasanna.

ExxonMobil juga tengah mengembangkan energi terbarukan biofuel. Biofuel merupakan bahan bakar dari biomassa atau materi yang berasal dari tumbuhan dan hewan. “Program biofuel ini sudah berjalan di Exxon, yang kini digunakan untuk transportasi dengan jumlah emisi karbon yang cukup rendah. Biofuel menjadi salah satu langkah baik dalam proses mencapai NZE 2060,” tutup Prasanna.

Bagi siswa-siswi yang ingin mempelajari teknologi pengembangan Energi Baru Terbarukan, dapat bergabung di Universitas Pertamina (UPER). Saat ini, kampus besutan PT Pertamina (Persero) tersebut kembali membuka pendaftaran Seleksi Nilai Rapor (Non Tes) Periode Februari 2023 pada 01 Februari 2023 sampai dengan 28 Februari 2023 untuk tahun ajaran 2022/2023.
Thumbnail

Tinggalkan Balasan

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

© 2021 Universitas Pertamina.
All Rights Reserved