Di balik toga hitam dan senyum bahagia saat wisuda, tersimpan kisah penuh perjuangan dari Ulan Nurhayati, mahasiswa Program Studi Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Diplomasi Universitas Pertamina. Ulan berhasil meraih predikat Wisudawan Terbaik pada Wisuda ke-13 Periode Oktober 2025 dengan IPK 3,95, hasil dari perjalanan panjang, disiplin belajar, dan tekad kuat untuk meraih mimpi.
Perjalanannya menuju podium kehormatan tidak lahir dari kemudahan, melainkan dari tekad untuk mengubah keterbatasan menjadi peluang.
Berawal dari Beasiswa
Ulan berasal dari keluarga sederhana dan menjadikan beasiswa sebagai satu-satunya cara untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Kesempatan mendapatkan beasiswa di Universitas Pertamina menjadi titik balik dalam perjalanan pendidikannya, momen ini membuatnya yakin bahwa harapan bisa tumbuh dari keterbatasan.
“Saya masih ingat rasanya saat mengetahui diterima beasiswa. Saat itu saya merasa semua usaha saya terbayar. Beasiswa ini menjadi awal perubahan dalam hidup saya. Dari sini saya belajar bahwa keterbatasan tidak menentukan masa depan, yang menentukan adalah cara kita berjuang,” ujar Ulan.
Pengalaman mendapatkan beasiswa menjadi titik balik yang membentuk cara Ulan menatap dunia perkuliahan. Ulan mulai belajar mengatur waktu, menetapkan prioritas, dan menemukan strategi yang membuatnya tetap berprestasi di tengah kesibukan.
Menemukan Irama Belajar di Tengah Kesibukan
Di tengah kesibukan kuliah, organisasi, dan pekerjaan paruh waktu, Ulan tetap berusaha menjaga prestasi akademik. Konsistensi menjadi kunci utama. Dari proses panjang itu, Ulan menemukan pola belajar yang efektif dan sesuai dengan dirinya.
Salah satunya adalah metode belajar visual dan kinestetik. Ulan terbiasa menulis ulang materi menggunakan pulpen warna-warni untuk menandai bagian penting. Warna-warna itu membantunya memahami dan mengingat konsep dengan lebih cepat.
Selain itu, diskusi menjadi bagian penting dalam proses belajar. Ulan rutin mengajak teman sekelas untuk bertukar pandangan agar memahami materi dari berbagai sudut. Menurutnya, diskusi bukan hanya membantu memahami teori, tetapi juga melatih cara berpikir kritis dan terbuka.
Selain fokus memahami materi, Ulan juga menghadapi tantangan dalam membagi waktu di tengah aktivitas kampus yang padat. Untuk menjaga keseimbangan antara akademik dan kegiatan luar kampus, Ulan yang aktif di organisasi, kepanitiaan, serta bekerja paruh waktu mengatur waktu dengan disiplin. Setiap hari, Ulan mencatat daftar tugas dalam buku kecil agar tahu prioritas yang harus diselesaikan terlebih dahulu.
“Kalau tidak dicatat, saya bisa kewalahan. Dengan menulis, saya bisa tetap fokus dan tahu kapan harus berhenti sejenak,” tutur Ulan.
Sumber Semangat dari Keluarga
Di tengah kesibukan kuliah dan berbagai kegiatan, dukungan keluarga menjadi hal penting bagi Ulan. Keluarga selalu menjadi tempat Ulan kembali saat merasa lelah, terutama sang ibu yang terus memberikan semangat.
“Ibu selalu percaya saya bisa, bahkan saat saya sendiri ragu. Dari beliau saya belajar arti tangguh dan bersyukur,” ungkap Ulan.
Bagi Ulan, setiap langkah dalam perjalanan akademik merupakan bentuk terima kasih kepada keluarga. Pendidikan yang ulan jalani sebagai cara untuk membalas perjuangan orang tua yang selalu mendukung sejak awal.
Melangkah ke Masa Depan
Menurut Ulan, gelar wisudawan terbaik bukan akhir dari perjalanan, tetapi awal untuk terus belajar dan berkontribusi. Ulan berharap pengalamannya dapat menjadi pengingat bagi mahasiswa lain bahwa keterbatasan bukan alasan untuk berhenti berjuang.
“Selama ada kemauan, selalu ada jalan. Setiap proses, sekecil apa pun, membawa kita lebih dekat pada tujuan,” tambah Ulan.
Kisah Ulan menjadi pengingat bahwa pendidikan bukan sekadar tentang capaian akademik, melainkan keberanian untuk terus berjuang di tengah keterbatasan. Semangatnya mencerminkan nilai ketekunan dan harapan yang dapat menginspirasi generasi muda untuk terus belajar dan memberi makna bagi lingkungan sekitarnya. [MP]
