Gempa bumi berkekuatan 4,6 magnitudo yang mengguncang Bekasi dan Karawang pada 20 Agustus 2025 menarik perhatian publik karena getarannya terasa hingga ke Jakarta, Bogor, dan Depok. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa gempa tersebut termasuk gempa dangkal yang dipicu oleh West Java Back-arc Thrust yang berupa sesar aktif yang berada bagian busur belakang Jawa Barat.
Fenomena ini menunjukkan bahwa ancaman gempa bumi tidak hanya berasal dari zona megathrust di selatan Pulau Jawa, tetapi juga dari sesar-sesar di daratan yang bisa menimbulkan guncangan signifikan di wilayah padat penduduk.
Mengenal West Java Back-arc Thrust, Apakah Berbahaya?
Menurut peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Sonny Aribowo, West Java Back-arc Thrust adalah jalur patahan (sesar) aktif yang membentang dari Kuningan hingga ke arah barat. Sesar ini terbentuk akibat tekanan lempeng tektonik yang mendorong kerak bumi di kawasan utara Jawa Barat yang berpotensi menghasilkan gempa darat berkekuatan rendah hingga sedang meskipun jauh dari zona subduksi utama di selatan Jawa.
Aktivitas patahan ini memiliki sejumlah karakteristik yang perlu diwaspadai yaitu:
Risiko getaran cukup luas – walaupun kekuatannya tidak besar, guncangannya bisa terasa di area yang jauh dari pusat gempa.
Letak dekat pusat aktivitas manusia – terutama di kota-kota padat penduduk seperti Bekasi, Karawang, hingga Jakarta.
Efek gempa terasa jelas di permukaan – posisi ini membuat risiko kerusakan lebih tinggi meskipun kekuatan gempanya tidak besar.
Jika sesar ini bergerak, guncangannya dapat merusak bangunan yang ringan hingga sedang, mengganggu aktivitas ekonomi dan transportasi, serta memicu kepanikan masyarakat di kawasan padat penduduk. Meski tidak berpotensi menimbulkan tsunami, gempa dangkal dari jalur ini tetap perlu diwaspadai karena dapat berdampak pada kehidupan sehari-hari, terutama di kota besar dengan infrastruktur dan populasi tinggi.
Sesar Bergerak, Ilmu Geofisika Sebagai Solusi Mitigasi Bencana
Fenomena pergerakan sesar seperti West Java Back-arc Thrust menjadi pengingat pentingnya riset dan pemahaman mendalam tentang struktur bawah permukaan bumi. Universitas Pertamina melalui Program Studi Teknik Geofisika membekali mahasiswa dengan pengetahuan melalui mata kuliah Seismologi dan Geodinamika yang mempelajari mekanisme gempa bumi, analisis sesar aktif, hingga pemodelan guncangan untuk mendukung perencanaan mitigasi bencana.
Dengan keterampilan ini, lulusan Teknik Geofisika tidak hanya mampu mendeteksi potensi gempa sejak dini, tetapi juga berkontribusi dalam merancang strategi pengurangan risiko bencana seperti pemetaan sesar aktif, evaluasi kerentanan infrastruktur, dan penyusunan rekomendasi pembangunan yang lebih aman di wilayah rawan bencana.