Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan kondisi geografis dan iklim yang kompleks, adalah salah satu wilayah yang paling rawan bencana di dunia. Setiap tahun, gempa bumi, tanah longsor, banjir, dan letusan gunung berapi hampir selalu terjadi. Peristiwa-peristiwa ini tidak hanya menyebabkan kerugian fisik, tetapi juga berdampak besar pada lingkungan, ekonomi, dan masyarakat.
Beberapa waktu lalu, hujan lebat melanda beberapa wilayah Bali pada bulan September, dengan intensitas sangat lebat dan menyebabkan banjir di sejumlah daerah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) banjir yang melanda Bali mengakibatkan dampak sosial signifikan, menimpa 202 kepala keluarga atau 620 jiwa. Sembilan orang meninggal dunia dan beberapa lainnya hilang. Wilayah-wilayah yang terdampak parah antara lain Denpasar, Gianyar, Badung, Jembrana, Tabanan, Karangasem, dan Klungkung.
Dalam konteks ini, peran aktuaris menjadi sangat penting. Tidak hanya dalam industri asuransi, tetapi juga dalam upaya mitigasi dan pemulihan bencana. Hal ini krusial karena pemetaan risiko dan perhitungan kerugian sangat dibutuhkan untuk memperkuat ketahanan ekonomi nasional.
Di balik kerugian karena bencana, ada proses analisis yang penting. Aktuaris itu ibaratnya jagoan hitung-hitungan yang memperkirakan risiko ekonomi akibat bencana. Mereka pakai data-data kejadian dulu buat memprediksi kerugian di masa depan, dengan mempertimbangkan seberapa parah aset dan infrastruktur rusak,nilai ekonomi daerah yang kena dampak, berapa biaya pemulihan dan pembangunan ulang, dampak sosial dan macetnya kegiatan industri.
Para aktuaris ini pakai model matematika dan probabilitas untuk memprediksi potensi kerugian bencana. Nah, hasil dari model ini jadi dasar strategis buat pemerintah dan swasta. Pemerintah bisa pakai data ini untuk Menyusun dana cadangan bencana, Bikin kebijakan biar risiko nggak terlalu parah, Ngebantu biar penyaluran bantuan lebih efisien. Sementara itu, perusahaan swasta seperti, perusahaan asuransi, energi, dan infrastruktur bisa mendesain skema perlindungan aset, menyusun strategi antisipasi, bikin kebijakan penanganan risiko jangka panjang.
Jadi, peran aktuaris itu nggak cuma hitung-hitungan doang, tapi mereka juga nerjemahin data jadi strategi nyata buat bikin suatu daerah lebih tangguh secara sosial dan ekonomi.
Bencana makin sering terjadi, dunia pun makin nggak pasti. Nah, di sinilah peran aktuaris jadi krusial banget. Universitas Pertamina (UPER) lewat Program Studi Sains Aktuaria siap banget nih mencetak anak muda yang jago menganalisis dan mengelola risiko, termasuk risiko bencana. Lewat kurikulum yang gabungin teori dan praktik, mahasiswa diajarin cara ngolah big data, memprediksi risiko, dan bikin solusi keuangan yang berbasis data.