Krisis sampah plastik masih menjadi sorotan dunia, termasuk Indonesia. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat, 80% sampah laut berasal dari daratan dan 30% di antaranya plastik. Untuk menekan dampak ini, pemerintah menargetkan pengurangan 30% sampah plastik di lautan pada 2029.
Untuk mencapai target tersebut, pemerintah bersama pelaku industri mulai mendorong penggunaan material ramah lingkungan. Salah satunya adalah penggunaan bioplastik, yang semakin disorot setelah adanya deklarasi percepatan adopsi bioplastik di ajang Jakarta Green Industry Summit 2025. Inisiatif ini dipimpin oleh Asosiasi Bahan Bakar Hijau (AMBI), Greenhope, dan Global Green Growth Institute (GGGI), dengan dukungan Kementerian Perindustrian, KLHK, serta Bappenas.
Mengenal Bioplastik: Solusi Ramah Lingkungan
Bioplastik merupakan jenis plastik yang dibuat dari bahan baku alami, seperti pati singkong, jagung, atau alga. Karena menggunakan sumber daya terbarukan, bioplastik dinilai lebih ramah lingkungan dan berpotensi menjadi solusi alternatif di tengah meningkatnya kebutuhan material modern.
Perbedaan utama antara bioplastik dan plastik konvensional terletak pada bahan baku dan dampak lingkungannya. Plastik berbasis fosil membutuhkan ratusan tahun untuk terurai dan meninggalkan jejak pencemaran yang serius, sedangkan bioplastik dapat terurai jauh lebih cepat. Selain itu, bioplastik juga membantu mengurangi ketergantungan pada minyak bumi sehingga mendukung upaya transisi menuju industri hijau.
Peluang dan Tantangan Bioplastik di Indonesia
Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan bioplastik karena ketersediaan bahan baku lokal yang melimpah. Industri makanan, kemasan, dan pertanian diproyeksikan menjadi pengguna utama.
Namun, terdapat tantangan yang perlu dihadapi mulai dari biaya produksi bioplastik yang masih lebih tinggi dibanding plastik biasa, infrastruktur daur ulang belum memadai, dan kesadaran masyarakat masih rendah. Untuk itu, strategi manajemen, inovasi teknologi, dan edukasi konsumen menjadi kunci agar bioplastik tidak sekadar menjadi tren sesaat, tetapi solusi jangka panjang.
Langkah Awal Menuju Industri Hijau
Secara global, bioplastik diproyeksikan tumbuh pesat, dengan nilai mencapai lebih dari US $ 20 miliar pada 2030. Tren ini menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk masuk ke rantai pasok global sekaligus mendukung konsep ekonomi sirkular, di mana limbah atau residu dapat diolah kembali menjadi sumber daya baru.
Di Program Studi Teknik Kimia Universitas Pertamina, mahasiswa mempelajari mata kuliah seperti Kimia Organik yang menjadi dasar dalam pengembangan material baru. Mahasiswa diharapkan tidak hanya menguasai teori, tetapi juga terlatih menerapkannya untuk menghasilkan solusi nyata seperti bioplastik sebagai jawaban atas tantangan industri hijau.
Ingin mendalami inovasi material ramah lingkungan sekaligus berkontribusi pada industri hijau? Daftar sekarang di pmb.universitaspertamina.ac.id. dan jadilah generasi profesional Teknik Kimia yang siap menghadirkan solusi berkelanjutan bagi masa depan.