Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan sekitar 70% sungai di wilayah perkotaan tidak memenuhi baku mutu kualitas air akibat limbah domestik, industri, dan pertanian. Sepanjang 2023, sejumlah sungai di Jakarta diklasifikasikan sebagai cemar berat oleh KLHK. Air keran atau sungai yang mengandung BOD/COD tinggi, ammonia, fosfact, fecal coliform dan patogen memicu diare, tifoid, hepatitis A/E, penyakit kulit, serta risiko jangka panjang gangguan ginjal dan kanker.
Tak hanya permasalahan limbah air, polusi udara juga menjadi problematika terbesar bagi masyarakat perkotaan. Pemantauan IQAir memperlihatkan PM2.5 Jakarta kerap ~10× di atas pedoman WHO dan Bandung ~12–13×, sementara Tangerang Selatan menghabiskan 10 bulan/tahun pada kategori “Tidak Sehat”. Dampaknya tak main-main. Paparan PM2.5 yang tinggi terbukti secara ilmiah meningkatkan risiko penyakit paru-paru kronis (PPOK), asma, stroke, hipertensi, gangguan jantung iskemik, bahkan gangguan tumbuh kembang otak anak dan penyakit Alzheimer pada lansia.
Dalam krisis lingkungan yang tengah terjadi, kehadiran profesional di bidang Teknik Lingkungan menjadi semakin vital. Tak hanya sekadar menanggulangi limbah maupun polusi, namun juga memitigasi dampak lingkungan. Tanpa intervensi para ahli, masyarakat akan terpapar risiko ekologis yang tak terlihat namun mematikan.
Apa itu Teknik lingkungan dan Mengapa Penting?
Teknik Lingkungan adalah cabang teknik yang fokus pada penerapan ilmu dan teknologi untuk memperbaiki kualitas lingkungan hidup. Lulusannya dibekali dengan keahlian dalam:
1. Pengolahan limbah cair, padat, dan B3
2. Desain sistem air bersih dan sanitasi
3. Pengendalian pencemaran udara
4. Rekayasa tanah tercemar dan remediasi
5. Pemanfaatan limbah sebagai sumber energi
Tidak hanya itu, teknik lingkungan juga memahami aspek regulasi, kebijakan, hingga manajemen risiko lingkungan. Peran ini sangat penting di era perubahan iklim dan transisi menuju pembangunan berkelanjutan.
Peluang Karir: Dari Industri Hingga Advokasi
Seiring meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu lingkungan, permintaan terhadap tenaga ahli lingkungan terus tumbuh di berbagai bidang, seperti
sektor Teknis Industri dan Energi, diantaranya :
1.Environmental Engineer di sektor migas, panas bumi, atau energi baru terbarukan (EBT)
2. QHSE Officer (Quality, Health, Safety, and Environment)
3. Ahli Pengelolaan Limbah Industri (B3 dan non-B3)
4. Analis Emisi dan Pengendalian Pencemaran Udara
Sektor Kebijakan, Edukasi, dan Wirausaha Sosial, diantaranya :
1. Staf Kementerian seperti KLHK, Bappenas, atau Dinas Lingkungan Hidup
2. Perancang Kebijakan di bidang sanitasi, air bersih, dan ketahanan air
3. Konsultan AMDAL dan audit lingkungan untuk proyek-proyek pembangunan
4. Pendiri Startup di bidang pengelolaan limbah, teknologi air, atau edukasi lingkungan
Banyak profesi teknik lingkungan kini juga masuk dalam skema green jobs yang diakui dalam transisi energi dan ekonomi hijau global—ini artinya, prospek karir ini akan terus berkembang di masa depan, termasuk dalam peta jalan Net Zero Emission (NZE) Indonesia 2060.
Ingin Jadi Bagian dari Solusi Lingkungan? Mulai dari Sini
Sebagai kampus yang berfokus pada energi dan lingkungan, Universitas Pertamina membekali para mahasiswa dengan keterampilan praktis untuk menghadapi persoalan lingkungan yang mencakup Pengelolaan Sampah, Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), Desain Pengolahan Limbah Padat, Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Minum, serta Kimia Lingkungan dan Analisis Kualitas Lingkungan. Mahasiswa juga mempelajari Sistem Manajemen Lingkungan, yang penting untuk memastikan bahwa setiap proyek atau kegiatan berjalan sesuai prinsip keberlanjutan dan regulasi yang berlaku.
Ingin jadi environmental engineer, konsultan lingkungan, hingga seorang analis keberlanjutan di sektor industri dan pemerintahan? Yuk, kenali lebih dekat Program Studi Teknik Lingkungan di Universitas Pertamina dan daftar sekarang di
pmb.universitaspertamina.ac.id.