Dunia kini bergerak menuju otomatisasi di hampir setiap lini kehidupan. Menurut McKinsey Global Institute, hingga 2030 sekitar 30% jam kerja global berpotensi diotomatisasi oleh kecerdasan buatan (AI), robotika, dan sistem digital (Manyika et al., 2017). Dari pembayaran nirsentuh hingga kendaraan otonom, teknologi telah mengambil alih banyak proses yang sebelumnya dilakukan manusia. Perubahan ini membawa peluang besar untuk efisiensi, namun juga tantangan dalam memastikan teknologi digunakan secara etis, aman, dan berpihak pada manusia.
Peran Mahasiswa sebagai Pengendali Arah Otomatisasi
Mahasiswa tidak cukup hanya menjadi pengguna teknologi, namun juga menjadi perancang, pengembang, sekaligus pengendali arah kemajuan teknologi (Brynjolfsson & McAfee, 2014). Dalam konteks dunia yang semakin terotomatisasi, posisi ini menjadi krusial karena teknologi bukan lagi sekadar alat bantu, melainkan penentu arah perkembangan sosial, ekonomi, dan budaya.
Tanpa keterlibatan generasi muda yang kritis dan visioner, otomatisasi berisiko menciptakan ketergantungan pasif, di mana manusia hanya menjadi konsumen teknologi tanpa memiliki kendali terhadap dampaknya. Hal ini dapat menghambat inovasi dan menurunkan kapasitas berpikir kreatif. Sebaliknya, ketika mahasiswa terlibat aktif dalam proses desain dan pengembangan, teknologi dapat diarahkan untuk memberdayakan manusia—membuka peluang baru, meningkatkan produktivitas, dan memecahkan masalah nyata seperti efisiensi energi, pengelolaan sumber daya alam, atau pelayanan publik yang inklusif.
Peran mahasiswa juga mencakup dimensi etika dan tanggung jawab sosial. Mahasiswa yang memahami implikasi dari setiap keputusan desain teknologi akan mampu mencegah penyalahgunaan, bias algoritma, atau dampak negatif terhadap lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, keberadaan mahasiswa di ruang inovasi tidak hanya memastikan kemajuan teknis, tetapi juga keberlanjutan dan keadilan dalam penerapan teknologi.
Membentuk Ahli Teknologi Masa Depan
Program Studi Ilmu Komputer Universitas Pertamina membekali mahasiswa dengan keterampilan teknis, logika pemrograman, dan pemahaman strategis teknologi di era digital. Kurikulumnya mencakup teori, praktik laboratorium, dan kolaborasi industri, mulai dari dasar seperti berpikir kritis, matematika, dan arsitektur komputer, hingga penguasaan algoritma, kecerdasan buatan, rekayasa perangkat lunak, dan pemrograman web.
Menurut World Economic Forum (2023), keterampilan di bidang AI, analisis data, dan komputasi awan termasuk dalam lima besar yang paling dibutuhkan industri global lima tahun ke depan. Mahasiswa Ilmu Komputer UPER juga dibekali pemahaman etika teknologi (European Commission, 2021), sehingga mampu merancang solusi yang aman, berkelanjutan, dan bertanggung jawab.
Pada tahap akhir studi, fokus diarahkan pada inovasi dan penerapan teknologi melalui proyek multidisiplin, kerja praktik, dan tugas akhir. Dengan kombinasi kompetensi teknis, etika, dan pengalaman industri, lulusan siap menjadi perancang, pengembang, dan pengendali teknologi masa depan yang berpihak pada kemanusiaan.
Dengan kombinasi pengetahuan teknis, analisis data, dan kolaborasi lintas sektor, mahasiswa Ilmu Komputer UPER membuktikan bahwa mereka bukan sekadar pembelajar, tetapi kontributor aktif dalam membentuk masa depan teknologi yang cerdas, efisien, dan berkelanjutan. Siap membentuk masa depan? Yuk, mulai langkahmu sekarang dengan bergabung di Program Studi Ilmu Komputer di Universitas Pertamina. Daftar melalui: pmb.universitaspertamina.ac.id