Society of Renewable Energy (SRE) Universitas Pertamina menggelar Forum Group Discussion (FGD) bertema dinamika geopolitik dan energi pada Jumat, 17 Oktober 2025, di Gedung Modular Universitas Pertamina. Kegiatan yang diikuti 50 peserta dari berbagai organisasi dan kampus ini membahas arah kebijakan energi nasional di tengah perubahan geopolitik global.
Pada sesi awal, para peserta menyoroti potensi dampak jika Indonesia keluar dari Paris Agreement. Mereka menilai langkah tersebut berisiko terhadap stabilitas ekonomi, hubungan luar negeri, dan upaya pengurangan emisi.
Komitmen Indonesia dalam perjanjian iklim dinilai penting untuk menjaga diplomasi dan meningkatkan kepercayaan internasional.
Diskusi kemudian berlanjut pada isu keanggotaan Indonesia di BRICS. Peserta melihat peluang perluasan pasar, peningkatan investasi energi, hingga potensi kolaborasi riset. Namun, mereka menilai transisi energi nasional masih menghadapi tantangan, seperti dominasi energi fosil, kesiapan regulasi, dan kebutuhan penguatan kapasitas nasional.
Narasumber FGD, Dr. Indra Kusumawardhana, S.Hum., M.Hub.Int., memaparkan bahwa kebutuhan minyak dunia masih mencapai ratusan miliar barel per tahun dan menjelaskan bahwa Selat Malaka dan Selat Hormuz tetap menjadi dua jalur paling strategis dalam distribusi energi global.
Dr. Indra juga menekankan posisi penting Indonesia melalui tiga Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) yang menjadi jalur vital perdagangan energi dunia. Menurutnya, keunggulan geografis ini berperan besar dalam keamanan pasokan energi dan memperkuat diplomasi Indonesia di kawasan.
“Diskusi ini memberi ruang bagi mahasiswa untuk memahami tantangan energi nasional dan urgensi menjaga komitmen transisi energi. Transisi energi perlu dilihat sebagai peluang riset dan inovasi agar kebijakan energi lebih adil dan terukur,” ujar Dr. Indra.
Menurut para peserta, dinamika geopolitik global memiliki pengaruh langsung terhadap arah kebijakan energi Indonesia. Melalui forum ini, mereka terdorong untuk melihat keterkaitan antara keputusan terkait Paris Agreement, BRICS, dan proses transisi energi yang sedang berlangsung.
Kegiatan ini diharapkan dapat memperluas wawasan mahasiswa mengenai geopolitik energi sekaligus mendorong peran aktif generasi muda dalam isu keberlanjutan. [MP]