Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan sampah rumah tangga terus meningkat seiring bertambahnya volume sampah organik yang dihasilkan setiap hari. Untuk mendukung upaya tersebut, Program Studi Kimia Universitas Pertamina mengadakan pelatihan pemanfaatan limbah organik bagi Ibu-Ibu PKK Kampung Wadassari di Kelurahan Pondok Betung, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan. Kegiatan yang berlangsung pada 12 November 2025 ini diikuti sekitar 50 peserta dan didampingi 15 mahasiswa Prodi Kimia.
Melalui kegiatan ini, warga diperkenalkan pada cara mengolah limbah rumah tangga menjadi produk yang bermanfaat sekaligus memiliki nilai jual. Pada sesi awal, peserta mendapatkan materi mengenai teknik pengolahan sampah organik menggunakan maggot Black Soldier Fly (BSF). Maggot, yang merupakan larva lalat tentara hitam, dikenal mampu mengurai sampah dapur tiga kali lebih cepat dibandingkan komposting konvensional serta menghasilkan emisi metana lebih rendah. Selain itu, maggot memiliki nilai ekonomi karena dapat dijual sebagai pakan ternak atau disalurkan kembali kepada pihak pengolah.
Materi disampaikan oleh CEO PT Biomagg Sinergi Internasional, Aminudi Amin, S.Si., yang menjelaskan bahwa proses penguraian menggunakan maggot dapat dilakukan di rumah dengan risiko rendah.
“Maggot mampu mengolah sampah organik tiga kali lebih cepat dengan emisi metana lebih rendah. Seluruh prosesnya aman dilakukan di lingkungan rumah tangga,” ujarnya.
Setelah memahami konsep dasarnya, peserta mengikuti pelatihan praktik penggunaan starter kit budidaya maggot. Narasumber menjelaskan langkah memilah sampah, menjaga kelembapan media, serta memantau siklus hidup maggot hingga masa panen. Teknik ini memungkinkan sampah dapur terurai dalam waktu singkat tanpa menimbulkan bau menyengat sehingga mudah diterapkan oleh warga.
Pada sesi berikutnya, peserta diperkenalkan pada pemanfaatan bahan alami menjadi produk rumah tangga bernilai tambah. Tiga dosen Prodi Kimia UPER, Dr. Eng. Paramita Jaya Ratri, Dr. Eng. Tirta Rona Mayangsari, dan Dr. Suharti Sastroredjo, memberikan pelatihan pembuatan sabun organik serta cuka dari buah nanas melalui teknik fermentasi.
Paramita menjelaskan bahwa sabun organik dibuat dari bahan yang berasal dari alam dan aman digunakan sehari-hari. Patamita menekankan bahwa sabun organik mendukung praktik konsumsi berkelanjutan karena minim bahan kimia sintetis dan dapat dibuat menggunakan bahan rumah tangga yang mudah ditemukan.
Setelah sesi pembuatan sabun, peserta mempelajari pembuatan cuka dari buah nanas. Suharti menyampaikan bahwa cuka buah mengandung asam alami, probiotik, vitamin, dan mineral yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga. Pelatihan ini dirancang agar warga dapat menerapkan keterampilan tersebut secara mandiri sebagai upaya mengurangi limbah sekaligus membuka peluang pemanfaatan bahan sederhana menjadi produk yang dapat digunakan maupun bernilai jual.