Perilaku belanja masyarakat Indonesia kini mulai berubah, apalagi dengan adanya pandemi COVID-19, masyarakat perlu mengubah gaya hidupnya dari offline menjadi online. Bahkan di era new normal sekarang ini, masyarakat masih tetap berbelanja online karena sistemnya yang sederhana dan bisa dilakukan dimana saja. Selain praktis, sistem belanja online menghemat waktu karena transaksi jual beli dapat diselesaikan dalam hitungan menit.
Berbagai produk seperti elektronik juga bisa dibeli saat berbelanja online.
Untuk menjamin keamanan proses pendistribusian produk, maka perlu dilakukan perlindungan produk dengan memberikan kemasan tambahan khususnya pada pengiriman barang elektronik dan barang mudah pecah lainnya. Kemasan ekstra ini kemudian dikenal sebagai bubble wrap. Bubble wrap adalah lembaran plastik dengan gelembung udara yang menonjol dari permukaan. Bubble wrap digunakan untuk melindungi kargo dari guncangan dan tekanan yang dapat menyebabkan kerusakan selama pengiriman. Namun, bubble wrap sendiri terbuat dari plastik yang diketahui membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai karena atom-atomnya sangat kompleks sehingga bakteri sulit mengurainya, yang kemudian hal itu menjadi momok bagi keasrian lingkungan. Hal ini tentunya tidak sejalan dengan salah satu program pemerintah saat ini yaitu Sustainable Development Goals (SDGs).
Sustainable Development Goals (SDGs) adalah rencana aksi global yang disepakati oleh negara-negara di seluruh dunia untuk menyeimbangkan aspek ekonomi, manusia dan lingkungan. Dari perspektif lingkungan, gerakan ini menghimbau semua sektor industri untuk meningkatkan keberlanjutan dengan menggunakan bahan hijau dan mengurangi limbah yang dapat merusak lingkungan. Untuk melakukan ini, terdapat solusi alternatif untuk bubble wrap, yaitu mushroom packaging. Hal ini sejalan dengan prinsip ekonomi sirkular yang mengutamakan pengurangan penggunaan bahan yang tidak ramah lingkungan.
Mushroom Packaging ini mendukung 5 poin dalam program SDGs yaitu :
· Industry, Innovation, and Infrastructure
· Responsible, Consumption, and Production
· Climate Action
· Life Below Water
· Life on Land
Mushroom packaging atau disebut juga dengan miselium packaging adalah kemasan biodegradable yang berasal dari miselium akar jamur. Bahannya benar-benar alami dan dapat dikomposkan, sehingga dapat tumbuh di lingkungan yang terkendali dan terurai dalam waktu 45 hari, tetapi dapat digunakan kembali jika tetap kering. Bandingkan dengan bubble wrap, yang berasal dari LDPE (polyethylene) dan membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai.
Mushroom packaging paling baik digunakan untuk barang-barang mudah pecah karena bantalan kemasan ini sangat baik. Selain mudah terurai, kemasan ini juga bersifat shock-absorption, karena menyerap goncangan, sehingga melindungi muatan dari goncangan selama pengangkutan. Mushroom packaging juga tahan air dan tahan api, sehingga melindungi barang dari air dan api selama distribusi.
Tidak hanya itu, kemasan ini juga tahan lama, artinya cukup kokoh untuk digunakan kembali. Keunggulan lain dari wadah ini adalah bentuk dan ukurannya dapat disesuaikan, sehingga fleksibel dan mampu menyesuaikan bentuk produk yang dikemas. Dengan segala kelebihannya, kemasan ini tetap terjangkau, sehingga penggunaannya tidak akan banyak berdampak pada total biaya produk. Oleh karena itu, kemasan ini termasuk dalam kemasan sustainable supply karena memperhitungkan dampak lingkungan, ekonomi, dan manusia.
Mycelium Packaging mudah untuk dibentuk sehingga dapat menyesuaikan dengan berbagai bentuk produk. Keseluruhan proses produksi kemasan ini tidak membutuhkan waktu yang lama dan menghasilkan sangat sedikit polusi. MP dapat menahan benturan, tahan air, dan tidak mudah terbakar sehingga dapat melindungi produk selama distribusi. MP dapat digunakan kembali dan ketika sudah mulai rusak MP juga tidak menjadi limbah namun dapat dimanfaatkan menjadi pupuk dan menyuburkan tanah.