Berdasarkan data yang didapatkan dari Basis Data Emisi untuk Penelitian Atmosfer Global (EDGAR) milik Komisi Eropa, pada 2022 emisi gas rumah kaca dunia mencapai 53,78 juta ton setara karbon dioksida (MtCO2) . Angka tersebut naik sekitar 1,37% dari tahun 2021. Dalam hal ini Indonesia menempati urutan ketujuh terbesar dunia dengan menghasilkan sebesar 1,24 MtCO2.
Salah satu penyebab utama gas rumah kaca semakin meningkat yaitu karena banyaknya polusi udara yang dihasilkan dari kendaraan dan kegiatan industri. Hal ini berdampak pada buruknya polusi udara. Di DKI Jakarta sendiri, tercatat per 28 Agustus 2023 menduduki posisi kedua pada indeks kualitas udara terburuk di Indonesia.
Fenomena semacam itu jika tidak segera diatasi akan berdampak serius bagi lingkungan dan makhluk di dalamnya. Melalui Perjanjian Paris Agreement 2025, Indonesia dan negara lainnya berupaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) di 2060.
Pemerintah Indonesia mengeluarkan berbagai program maupun kebijakan untuk mencapai NZE tersebut. Salah satu kebijakan yang dikeluarkan yaitu terkait pemeriksaan kendaraan bebas emisi. Saat ini kebijakan tersebut masih berlaku di daerah DKI Jakarta dan sekitarnya. Kebijakan tersebut diatur dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 66 Tahun 2020, yang menyatakan bahwa seluruh kendaraan yang beroperasi di Ibu Kota wajib melakukan uji emisi.
Dalam mengatasi permasalah lingkungan tersebut jika hanya pemerintah saja yang bergerak maka untuk mencapai NZE akan terasa lambat. Maka dari itu, perlu adanya partisipasi dan kolaborasi dari semua pihak secara global termasuk industri otomotif.
Industri otomotif saat ini sudah bergerak maju membawa perubahan bagi lingkungan. Pada Agustus 2023, berdasarkan data Gaikindo, jumlah penjualan wholesale mobil listrik berbasis baterai di Indonesia mencapai 1.329 unit. Angka tersebut naik 24% dibanding bulan sebelumnya (Databoks, 2023).
Selain itu, hasil survei Jajak Pendapat (JakPat) pada tahun 2022 menunjukkan bahwa mayoritas kalangan muda khususnya milenial dan gen Z kini semakin peduli terhadap lingkungan (Databoks, 2022). Hal ini dibuktikan dengan tim mahasiswa Universitas Pertamina (UPER) yang terdiri dari Muhamad Nurlihan (Teknik Geofisika), Nugroho Muflih’Afwi (Teknik Geofisika), dan Sandi Pamungkas (Ekonomi) mencetuskan ide inovasi berupa 'Solusi untuk Industri Sepedamotor Melalui Penerapan Inovasi Thermoelectric Charger dalam Mengurangi Emisi Karbon (CO2) pada Buangan Knalpot Sepeda Motor Berbasi Renewable Energy For a Sustainable Future.'
Salah satu pendekatan yang dapat diambil untuk mengurangi emisi CO2 dari knalpot sepeda motor adalah dengan memanfaatkan energi terbarukan berupa pemanfaatan energi matahari, solar panel, dan energi angin. Teknologi terbarukan ini memiliki potensi besar untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan menghasilkan emisi yang lebih rendah. Dalam konteks ini, inovasi Thermoelectric Charger muncul sebagai solusi yang menarik.
Thermoelectric Charger merupakan konsep yang memanfaatkan panas yang dihasilkan oleh knalpot sepeda motor dan mengubahnya menjadi energi listrik melalui efek thermoelectric. Nugroho Muflih’Afwi mengatakan, "Dengan cara ini, panas yang sebelumnya terbuang percuma dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi yang dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk menggantikan sebagian kebutuhan energi sepeda motor dan oleh karena itu dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil serta emisi CO2, (10/09)."
Berkat inovasi tersebut Tim UPER berhasil berhasil meraih juara ke-2 pada Physics In Action (PIA) cabang perlombaan Karya Tulis Ilmiah (LKTI). PIA merupakan ajang perlombaan tahunan yang diselenggarakan oleh Universitas Sriwijaya. Tema perlombaan yang diusung yaitu “Building Action Of Young Scientists In The Era Society 5.0 For A Sustainable Future”.
Lebih lanjut Nugroho atau akrab disapa Nugie menjelaskan, "Bahwa inovasi yang tim kami buat memiliki keunggulan seperti, dapat mengubah energi gerak menjadi energi listrik yang diaplikasikan melalui kincir angin dan Thermoelectric Charger dapat mengubah limbah panas kendaraan bermotor (Knalpot) menggunakan perangkat Thermoelectric Peltier yang berfungsi untuk menyerap sinar matahari dan mengubahnya menjadi energi listrik. Perangkat ini mampu bekerja saat siang maupun malam hari." [NA].