Strategic Leadership of Natural Gas Business in Energy Transition Era
Published by: Universitas Pertamina
Selasa, 8 Maret 2022
Dibaca: 422 kali
Jakarta - Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, salah satunya yaitu sumber daya gas alam. Natural gas atau gas alam merupakan sumber energi yang bersumber dari fosil tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme yang tersimpan di bawah tanah selama ratusan hingga jutaan tahun lamanya. Gas alam sangat bermanfaat dalam kehidupan manusia sehari-hari, salah satu manfaatnya yaitu untuk keperluan produksi dalam bidang industri maupun non-industri, pembangkit listrik, bisnis, dan lainnya.
Di Indonesia natural gas baru dikembangkan pada tahun 1970 an. Pada zaman dahulu gas alam masih sangat sulit untuk dikembangkan karena prosesnya yang rumit dan minimnya infrastruktur yang tersedia. Di sisi lain, gas termasuk salah satu bahan bakar yang paling bersih di antara bahan bakar yang berbasis fosil. Namun, seiring berkembangnya zaman kebutuhan akan gas alam semakin meningkat.
Sebagai kampus energi, Universitas Pertamina ingin menggali lebih dalam terkait apa itu gas alam dan masa depan bisnis gas alam di era transisi energi. Dalam hal ini, Universitas Pertamina kembali hadir mengadakan webinar Cipta Karsa yang mengusung tema “Strategic Leadership of Natural Gas Business in Energy Transition Era”, dengan narasumber Wiko Migantoro selaku Direktur Utama PT. Pertamina Gas.
Pada pembukaan sesi materi yang disampaikan oleh Bapak Wiko, beliau menjelaskan terkait sumber energi. Pada dasarnya energi berasal dari tiga sumber yaitu dari unconventional hydrocarbon yang memiliki oil, gas, dan coal. Sementara di unconventional hydrocarbon ada oil sends, tight oil, shale oil, CBM, shale gas, tight sand gas, dan hydrate gas. Dan pada non-hydrocarbon yang terbagi menjadi dua bagian yaitu renewable energy (Geothermal, biomass, wind, tidal, hydro, algae, solar cell, hidrogen, dan lainnya), dan non-renewable energy (nuklir).
Pak Wiko menjelaskan, berdasarkan gambar diatas bahwa pada tahun 1850 pertumbuhan energi sangat lambat dalam masa 50 tahun. Pada tahun 1900 hanya bertambah sebanyak 16 juta terajoules, karena pada saat itu masih menggunakan energi terutama biomass. Seiring berkembangnya zaman dan canggihnya teknologi, maka pertumbuhan energi juga berkembang menjadi lebih besar yang bisa kita lihat pada tahun 1950 kenaikannya dari tahun sebelumnya menjadi dua kali lipat. Selanjutnya di tahun 2000 pertumbuhan permintaan energi sangat besar. Dan pada tahun 2050 juga terus meningkat dengan pesat. Hal ini didasarkan karena manusia seiring berkembangnnya zaman banyak membutuhan energi untuk memeprmudah aktivitasnya sehari-hari.
Di Indonesia memproduksi sebanyak 62 bmc dan dikonsumsi sebanyak 39 bcm, artinya mereka mengekspor gas ke negara-negara lain yang memerlukan gas.
“Natural gas bisa menjadi pilihan sumber energi di abad 2, karena energi yang bersih dari energi yang berasal dari bahan fosil lainnya. Di Indonesia, gas dimasa yang akan datang masih dapat menjanjikan, begitu pula dengan di dunia,” Ujar Pak Wiko.
Di Indonesia natural gas digunakan di sektor industri dan non industri. Di industri natural gas digunakan sebagai sumber energi pembangkit listrik. Sedangkan di non-industri digunakan untuk kegiatan lifting, pengolahan, dan transportasi.
Pak Wiko lebih dalam menjelaskan masa depan energi yang dikutip dari akun Youtube Cambridge University: The Future of Energy (2012). Dalam video tersebut menjelaskan bahwa salah satu tantangan terbesar yang kita hadapi saat ini adalah kita menggunakan banyak energi dan sebagian besar berasal dari pembakaran fosil. Faktanya sekitar 85% dari energi global yang dikonsumsi berasal dari bahan bakar fosil, yaitu minyak batubara dan gas. Kita tahu bahwa pembakaran bahan bakar fosil ini menghasilkan sejumlah besar CO2 yang dilepaskan di udara bebas dan akan dapat merusak lingkungan. Dan kita tahu bahwa pelepasan karbon dioksida merupakan risiko yang signifikan dalam perubahan iklim akibat ulah manusia. Masalah ini diperparah oleh fakta bahwa permintaan untuk energi secara global tumbuh sekitar dua persen setiap tahun. Selama beberapa dekade mendatang kita akan terus menggunakan bahan bakar fosil dalam jumlah besar untuk memenuhi sebagian besar permintaan energi. Jadi untuk menangani pemanasan global kita membutuhkan pasokan energi yang tidak memiliki pelepasan karbon yang banyak atau kita perlu mencari cara lain untuk menggunakan lebih sedikit energi.
Berdasarkan pemaparan pada pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwasannya kita harus bijak dalam menggunakan natural gas dan memikirkan dampak atau resiko yang terjadi pada lingkungan sekitar.
Bagikan:
Bagikan ke WhatsApp
Bagikan ke Facebook
Bagikan ke X
Bagikan ke Telegram
Bagikan ke LinkedIn
Tinggalkan Balasan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalan UU ITE