Jakarta, 7 Juli 2025 - Dalam era globalisasi dan revolusi industri 4.0 saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung dengan sangat cepat dan berdampak luas. Berbagai inovasi yang didukung teknologi digital dan AI tidak hanya mengubah cara perusahaan beroperasi dan bersaing, tetapi juga mempengaruhi aspek sosial dan lingkungan. Perubahan yang dinamis ini menuntut perusahaan untuk mampu mengelola berbagai risiko yang muncul secara efektif agar tetap sustainable dan kompetitif.
Manajemen risiko menjadi sangat vital dalam konteks ini, karena mampu membantu perusahaan mengidentifikasi, menilai, dan memitigasi ancaman yang berasal dari perkembangan teknologi, maupun faktor-faktor lain, seperti faktor sosial dan lingkungan. Sebagai contoh, penggunaan teknologi digital dan AI dapat meningkatkan efisiensi dan inovasi. Namun, perkembangan tersebut juga menimbulkan kekhawatiran terkait pengangguran, ketimpangan sosial, dan dampak ekologis dari proses produksi yang belum ramah lingkungan. Perusahaan dituntut untuk menjalankan bisnis yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga bertanggung jawab terhadap keberlanjutan sosial dan lingkungan. Dengan mengintegrasikan prinsip sustainability ke dalam strategi risiko, perusahaan dapat mengurangi jejak ekologis dan memastikan operasinya ramah lingkungan.
Dengan kata lain, di era yang penuh dinamika ini, manajemen risiko tidak boleh dipandang sebagai langkah defensif semata, tetapi sebagai bagian strategis untuk memastikan keberlangsungan bisnis yang bertanggung jawab terhadap manusia, sosial, dan lingkungan. Dengan pengelolaan risiko yang matang dan berkelanjutan, perusahaan mampu beradaptasi, berkembang, dan memberikan manfaat jangka panjang bagi seluruh pemangku kepentingan.
