Logo Universitas Pertamina
ID / EN
Agenda

PENGGUNAAN DESIGN RESEARCH METHODS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENELITIAN


Published by: Teguh Aryo Nugroho, MT. (Universitas Pertamina/ Doktoral Institut Teknologi Bandung) Senin, 20 Desember 2021
Dibaca: 3634 kali

Penulis :
    Teguh Aryo Nugroho, MT. (Universitas Pertamina/ Doktoral Institut Teknologi Bandung)
    Didik Fauzi Dahlan, M.Sc. (PT.PLN Persero/ Doktoral Institut Teknologi Bandung)
    Abdurrasyid, S.Kom., MMSI. (IT-PLN/ Doktoral Institut Teknologi Bandung)
    Dr. Ir. Arry Akhmad Arman (Institut Teknologi Bandung)
    Dr. Ir. Dimitri Mahayana (Institut Teknologi Bandung)

Pendahuluan

Bagi sebagian mahasiswa membuat karya ilmiah dalam bentuk tugas akhir menjadi momok yang menakutkan. Tidak jarang dalam proses mengerjakan tugas akhir mahasiswa mengalami tekanan yang berujung stres. Penyebab dari stres dalam pengerjaan tugas akhir dapat dikarenakan kurang pahamnya mahasiwa dalam memahami kerangka berpikir dari penelitian. Menu utama dari pengerjaan tugas akhir adalah melakukan aktifitas penelitian. Dimana penelitian merupakan kegiatan yang kompleks dan membutuhkan ketekunan dalam pengerjaannya. Akibat dari kurangnya pemahaman terhadap penelitian membuat kegiatan penelitian menjadi tidak menyenangkan dan terasa susah. Maka dari itu diperlukan pemahaman kerangka berpikir dalam penelitian agar pengerjaan penelitian semakin mudah dan menghasilkan karya yang berkualitas. Pada artikel ini akan dipaparkan mengenai metode Design Science Research (DSR) untuk mendukung kegiatan penelitian mahasiswa. Melalui metode DSR diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami kerangka berpikir dari penelitian. Aplikasi dari DSR tidak hanya dapat digunakan pada tugas akhir tapi juga bisa digunakan untuk membuat karya ilmiah dan proyek terintegrasi (capstone design).
  

Sejarah singkat perkembangan keilmuan dan penelitian

Sebelum mendalami tentang metode DSR alangkah baiknya untuk mengenal sejarah perkembangan keilmuan terlebih dahulu. Dengan mengenal sejarah perkembangan keilmuan, agar dapat mengilhami pemikiran dari ilmuan terdahulu. Jika menilik sejarah perkembangan keilmuan setelah masa renaissance maka kita akan menemui beberapa nama dari ahli filsafat yang karyanya sudah digunakan dalam melandasi cara berpikir ilmiah. Dalam artikel ini akan mengambil dua nama ahli filsafat yang berpengaruh dalam perkembangan keilmuan yaitu Karl Popper dan Thomas Kuhn.

Karl Popper

Sir Karl Raimund Popper atau Karl Popper merupakan ahli filsafat kelahiran Vienna, Austria pada tahun 1902. Karl Popper merupakan akademisi yang mempopulerkan teori yang melandasi cara berpikir ilmiah. Karya dari Karl Popper menuangkan teori pemikiran ilmiah dalam buku yang berjudul Die beiden Grundprobleme der Erkenntnistheorie (The Two Fundamental Problems of the Theory of Knowledge) pada tahun 1934. Dalam buku yang ditulis oleh Karl Popper didapatkan teori yang melandasi perkembangan keilmuan yaitu Teori Fasifikasi (Theory of Falsification). Adapun beberapa poin yang dapat diambil dari Teori Falsifikasi adalah sebagai berikut (Popperp, K. R. (1959). The logic of scientific discovery. University Press).

1. Karl Popper percaya bahwa pengetahuan ilmiah bersifat sementara
2. Karl Popper merupakan figur yang dikenal menentang pandangan dari positifis klasik mengenai metode ilmiah, dengan mengganti prinsip induksi menjadi deduksi
3. Teori Falsifikasi yang diajukan oleh Karl Popper adalah sebuah cara untuk membedakan antara sains dan non-sains. Dengan menggunakan teori falsifikasi maka agar teori dianggap ilmiah, teori itu harus dapat dibuktikan.
4. Menurut Karl Popper, perkembangan sains haruslah selalu mencoba untuk menyangkal teori agar dapat berkembang.

Pendekatan deduksi yang diajukan oleh Karl Popper merupakan pengganti dari pendekatan induksi yang sebelumnya popular sebelum masa renaissance. Dimana pada masa sebelum renaissance Sebagian besar masyarakat percaya bahwa semua kejadian yang ada pada pada alam semesta adalah dari tuhan. Selain itu masyarakat juga mempercayai bahwa semua fenomena dan kejadian yang terjadi pada . Pendekatan deduktif didasarkan dari teori falsifikasi, sehingga semua teori keilmuan yang sudah ada sebelumnya akan terus diuji. Setelah mendapatkan teori yang akan diuji maka akan dirumuskan dalam bentuk Analisa sementara atau hipotesis dari falsifikasi teori. Untuk menguji apakah falsifikasi dari teori itu benar berikutnya akan dilakukan observasi. Dalam melakukan observasi, peneliti haruslah menguji teori dengan metode yang sesuai dan hasilnya valid. Setelah melakukan observasi dan Analisa maka dibuatlah kesimpulan apakah hipotesis terbukti atau tidak. Detail perbedaan pendekatan induksi dan deduksi dapat dilihat pada gambar.1

Gambar 1. Perbedaan pendekatan Induksi dan Deduksi

 

Thomas Kuhn

Setelah era Karl Popper, perkembangan pendekatan ilmiah maka dilanjutkan oleh Thomas Kuhn. Ide pengembangan pendekatan perkembangan keilmuan oleh Thomas Kuhn dituangkan dalam bukunya berjudul “The Structure of Scientific Revolutions” pada tahun 1962 (Kuhn, T. S. The Structure of Scientific Revolutions. Chicago: University of Chicago Press, 1962. ISBN 0-226-45808-3). Pada buku yang ditulis Kuhn memperkenalkan istilah dalam pengembangan keilmuan yaitu pergantian paradigma (Paradigm Shift). Dalam teorinya Kuhn menjelaskan bahwa keilmuan akan terus berevolusi, karena paradigma pada suatu keilmuan harus terus berubah. Dalam pandangan umum terkait dengan perkembangan keilmuan terjadi secara kumulatif, sedangkan Kuhn memandang bahwa keilmuan berkembang dengan cara revolusi. Perbedaan pandangan antara Popper dan Kuhn adalah pada sisi obyektifisistik. Popper meyakini bahwa subjek peneliti dan objek yang diteliti harus dipisah, sedangkan Kuhn menolak objektifistik. Alasan Kuhn menolak objektifistik ada beberapa poin yaitu.

1. Ilmu merupakan produk sejarah
2. Titik tolak penelitian Kuhn adalah sejarah
3. Untuk memahami filsafat ilmu maka harus berguru pada sejarah ilmu
4. Sejarah keilmuan menunjukkan sifat ilmu yang subjektif
Dari poin 1-4 dapat dilihat bahwa Kuhn mempercayai bahwa pergeseran paradigma dan perkembangan keilmuan dipengaruhi banyak faktor yang saling terkait. Contoh faktor yang mempengaruhi adalah komunitas keilmuan,  politik, sosial, ekonomi dan budaya. Proses revolusi keilmuan menurut Kuhn ada beberapa fase yang tergambar pada diagram (gambar 2)

Gambar 2. Proses Scietntific Revolution
Proses awal perkembangan keilmuan dimulai dari pre-paradigm yang menandakan paradigma yang sudah ada sebelumnya. setelah menjadi paradigma dan diterima oleh banyak komunitas maka berubah menjadi normal science. Penggunaan paradigma yang sudah menjadi pengetahuan umum akan selalu diuji dengan paradigma baru sehingga menyebabkan ditemukannya sebuah anomali dalam paradigma. ditemukannya anomali maka akan membuat terjadinya krisis dan paradigma awal akan mulai tergantikan dengan paradigma baru sehingga dari proses tersebut menjadi scientiific revolution. Teori Kuhn ini hingga era modern saat ini menjadi panduan dalam berpikir ilmiah. setelah era Kuhn dapat dirasakan bahwa keilmuan berekembang dengan pesat diiringi juga dengan perkembangan teknologi.

Design Science Research Method

Setelah mempelajari perkembangan keilmuan dari pendahulu sebelumnya yaitu Karl Popper dan Thomas Kuhn maka kita bisa mengaplikasikannya ke dalam riset. Impelementasi dari teori revolusi keilmuan dalam riset mungkin akan susah jika tidak ada metode yang digunakan untuk mengaplikasikannya dalam penelitian. Maka dari itu dengan menggunakan design science research (DSR) akan membantu aplikasi dari teori Kuhn. sebelum lebih detail kepada metode DSR maka kita harus mengenal dulu apa yang disebut dengan riset atau penelitian.
Secara definisi menurut (D. Deb et al., Engineering Research Methodology, Intelligent Systems Refence Library.Springer.2019) adalah metode pencarian pengetahuan yang dilakukan dengan hati-hati, terdefinisi dengan baik,objektif, sistematis dan menghasilkan kontribusi untuk keilmuan. Sebagian riset melibatkan perumusan hipotesis atau proposisi solusi, analisis data, dan deduksi, dan memastikan apakah kesimpulan sesuai dengan hipotesis. Sehingga riset itu dapat dikatakan adalah sebuah proses menciptakan atau merumuskan pengetahuuan yang belum ada. Dari definisi riset dapat dipahami bahwa riset dilandasi dengan teori dari Kuhn. Proses dari riset sendiri adalah dengan menggunakan pengetahuan yang sudah ada untuk diuji validitasnya. Hasil dari pengujian hipotesis tersebut akan menghasilkan sebuah pengetahuan baru atau dapat dikatakan telah terjadi pergantian paradigma. Gaambaran proses perkembangan keilmuan dalam riset dapat dilihat pada gambar 3
 Gambar 3. Akumalasi Paradigma Design Research
Dari gambar 4 terdapat paradigma dalam proses riset yang menghasilkan akumulasi pengetahuan. Paradigma penelitian tentunya akan mempengaruhi strategi riset dan metode riset. untuk menghasilkan metode riset juga harus menggabungkan analisa data. dari gambarX dapat dilihat bahwa faktor penggunaan data dan analisis data akan mempengaruhi pemilihan metode riset dan juga penyusunan strategi riset.
Gambar 4. Aplikasi Riset Pardigma
Setelaah kita memahaami paradigma baru kita akan mulai masuk dengan metode DSR pada riset. Jika kita melihat ada kata desain dalam sebuah riset maka dapat dikatakaan bahwa riset tersebut komprehensif. Mengacu pada Taksonomi Bloom, desain adalah tingkat paling atas dari keilmuan (gambar x) karena dapat membuat suatu pembaharuan.
Gambar 5. Taksonomi Bloom
Paradigma penelitian adalah “kumpulan” keyakinan dan kesepakatan Bersama dibagikan antara ilmuwan tentang bagaimana seharusnya masalah dipahami dan ditangani” (Kuhn, 1970).  Bisa juga dikatakan paradigma penelitian adalah serangkaian aktivitas yang dianggap tepat oleh komunitas penelitian utnuk menghasilkan pemahaman (pengetahuan) dalam metode atau Teknik penelitiannya (D. Deb et al., Engineering Research Methodology, Intelligent Systems Refence Library.Springer.2019). Dari pengertian tentang paradigma penelitian ini adalah keluaran dari hasil penelitian adalah berupa pengetahuan (Knowledge). Sehingga hasil dari engineering belum tentu hasil dari penelitian. Ada beberapa perbedaan antara natural science,social science dan design science (D,Denyer et al. “ Devoloping Design Proposisition Through Research Synthesis”) yang dapat dilihat pada table 1.

Tabel 1. Perbedaan natural science,social science dan design science
 
Paradigma desain riset yang menjadikan pijakan untuk melaksanakan penelitian terutama dalam bidang engineering. Sehingga dalam tugas akhir mahasiswa bisa menggunakan pijakan pradigma riset desain dalam membuat kerangka penelitian.

Design Science Research

Secara definisi design science research (DSR) adalah paradigma riset dimana seorang desainer menjawab pertanyaan yang relevan dengan permasalahan manusia melalui kreasi dari artifak yang inovatif, sehingga dapat berkontribusi untuk pengetahuan baru. Artifak desain sangat berguna untuk fundamental dalam memahami permasalahan. DSR berfokus pada pengembangan artefak melibatkan dua kegiatan utama untuk meningkatkan dan memahami perilaku aspek sistem informasi yaitu :

1.     Penciptaan pengetahuan baru melalui desain inovasi artefak baru (benda atau proses)
2.     Analisis penggunaan dan/atau kinerja artefak dengan refleksi dan abstraksi

Agar lebih mudah untuk mengaplikasikan DSR dalam penelitian akan dipaparkan pada table 2. Pada table 2 mendeskripsikan tentang panduan DSR dalam beberapa poin riset
No
Pedoman
Deskripsi
1
Design as an Artifact
Penelitian desain harus menghasilkan artefak yang layak dalam bentuk: sebuah konstruk, model, metode, atau instantiasi
2
Problem relevance
Tujuan dari penelitian desain adalah untuk mengembangkan solusi berbasis teknologi untuk masalah bisnis yang penting dan relevan
3
Design evaluation
Utilitas, kualitas, dan kemanjuran artefak desain harus:
didemonstrasikan secara ketat melalui metode evaluasi yang dijalankan dengan baik
4
Research contributions
Penelitian desain yang efektif harus memberikan informasi yang jelas dan dapat diverifikasi
kontribusi di bidang artefak desain, desain
fondasi, dan/atau metodologi desain
5
Research rigor
Penelitian ilmu desain bergantung pada penerapan ketat
metode dalam konstruksi dan evaluasi desain artefak
6
Design as a search process
Pencarian artefak yang efektif membutuhkan penggunaan sarana yang tersedia untuk mencapai tujuan yang diinginkan sambil memenuhi hukum dalam masalah
lingkungan
7
Communication of research
Penelitian ilmu desain harus disajikan secara efektif untuk keduanya audiens yang berorientasi teknologi dan berorientasi manajemen
 
Dengan menggunakan poin 1-7 pada table 2, maka hasil dari riset menggunakan DSR akan menjadi penelitian yang berkualitas dan bisa bermanfaat untuk seluruh kalangan. Untuk framework dari penelitian harus menjawab kebutuhan dari masyarakat yang dipadukan dengan pengetahuan sehingga bisa menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (gambar 6)
Text Box: KnowledgeText Box: SolutionText Box: ResearchText Box: Engineering
Gambar 6. Framework DSR
Demikian artikel yang bisa disampaikan, kedepannya akan dibuat untuk contoh aplikasi dari DSRM. Semoga bermanfaat untuk Mahasiswa semua.


Thumbnail
Bagikan:
Bagikan ke WhatsApp
Bagikan ke Facebook
Bagikan ke X
Bagikan ke Telegram
Bagikan ke LinkedIn

Tinggalkan Balasan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalan UU ITE

© 2025 Universitas Pertamina.
All rights reserved