Pendekatan deduksi yang diajukan
oleh Karl Popper merupakan pengganti dari pendekatan induksi yang sebelumnya
popular sebelum masa renaissance. Dimana
pada masa sebelum renaissance Sebagian
besar masyarakat percaya bahwa semua kejadian yang ada pada pada alam semesta
adalah dari tuhan. Selain itu masyarakat juga mempercayai bahwa semua fenomena
dan kejadian yang terjadi pada . Pendekatan deduktif didasarkan dari teori
falsifikasi, sehingga semua teori keilmuan yang sudah ada sebelumnya akan terus
diuji. Setelah mendapatkan teori yang akan diuji maka akan dirumuskan dalam
bentuk Analisa sementara atau hipotesis dari falsifikasi teori. Untuk menguji
apakah falsifikasi dari teori itu benar berikutnya akan dilakukan observasi.
Dalam melakukan observasi, peneliti haruslah menguji teori dengan metode yang
sesuai dan hasilnya valid. Setelah melakukan observasi dan Analisa maka
dibuatlah kesimpulan apakah hipotesis terbukti atau tidak. Detail perbedaan
pendekatan induksi dan deduksi dapat dilihat pada gambar.1
Gambar
1.
Perbedaan pendekatan
Induksi dan Deduksi
Thomas Kuhn
Setelah era Karl Popper,
perkembangan pendekatan ilmiah maka dilanjutkan oleh Thomas Kuhn. Ide
pengembangan pendekatan perkembangan keilmuan oleh Thomas Kuhn dituangkan dalam
bukunya berjudul “The Structure of
Scientific Revolutions” pada tahun 1962 (Kuhn, T. S. The Structure of
Scientific Revolutions. Chicago: University of Chicago Press, 1962. ISBN
0-226-45808-3). Pada buku yang ditulis Kuhn memperkenalkan istilah dalam
pengembangan keilmuan yaitu pergantian paradigma (Paradigm Shift). Dalam teorinya Kuhn menjelaskan bahwa keilmuan
akan terus berevolusi, karena paradigma pada suatu keilmuan harus terus
berubah. Dalam pandangan umum terkait dengan perkembangan keilmuan terjadi
secara kumulatif, sedangkan Kuhn memandang bahwa keilmuan berkembang dengan
cara revolusi. Perbedaan pandangan antara Popper dan Kuhn adalah pada sisi
obyektifisistik. Popper meyakini bahwa subjek peneliti dan objek yang diteliti
harus dipisah, sedangkan Kuhn menolak objektifistik. Alasan Kuhn menolak
objektifistik ada beberapa poin yaitu.
1. Ilmu merupakan produk sejarah
2. Titik tolak penelitian Kuhn adalah sejarah
3. Untuk memahami filsafat ilmu maka harus berguru pada
sejarah ilmu
4. Sejarah keilmuan menunjukkan sifat ilmu yang subjektif
Dari poin 1-4 dapat dilihat bahwa
Kuhn mempercayai bahwa pergeseran paradigma dan perkembangan keilmuan
dipengaruhi banyak faktor yang saling terkait. Contoh faktor yang mempengaruhi
adalah komunitas keilmuan, politik,
sosial, ekonomi dan budaya. Proses revolusi keilmuan menurut Kuhn ada beberapa
fase yang tergambar pada diagram (gambar 2)
Gambar 2. Proses Scietntific Revolution
Proses awal perkembangan keilmuan
dimulai dari pre-paradigm yang menandakan paradigma yang sudah ada sebelumnya.
setelah menjadi paradigma dan diterima oleh banyak komunitas maka berubah
menjadi normal science. Penggunaan
paradigma yang sudah menjadi pengetahuan umum akan selalu diuji dengan
paradigma baru sehingga menyebabkan ditemukannya sebuah anomali dalam
paradigma. ditemukannya anomali maka akan membuat terjadinya krisis dan
paradigma awal akan mulai tergantikan dengan paradigma baru sehingga dari
proses tersebut menjadi scientiific
revolution. Teori Kuhn ini hingga era modern saat ini menjadi panduan dalam
berpikir ilmiah. setelah era Kuhn dapat dirasakan bahwa keilmuan berekembang
dengan pesat diiringi juga dengan perkembangan teknologi.
Design Science Research Method
Setelah mempelajari perkembangan
keilmuan dari pendahulu sebelumnya yaitu Karl Popper dan Thomas Kuhn maka kita
bisa mengaplikasikannya ke dalam riset. Impelementasi dari teori revolusi
keilmuan dalam riset mungkin akan susah jika tidak ada metode yang digunakan
untuk mengaplikasikannya dalam penelitian. Maka dari itu dengan menggunakan design science research (DSR) akan
membantu aplikasi dari teori Kuhn. sebelum lebih detail kepada metode DSR maka
kita harus mengenal dulu apa yang disebut dengan riset atau penelitian.
Secara definisi menurut (D. Deb et
al., Engineering Research Methodology, Intelligent Systems Refence
Library.Springer.2019) adalah metode pencarian pengetahuan yang dilakukan
dengan hati-hati, terdefinisi dengan baik,objektif, sistematis dan menghasilkan
kontribusi untuk keilmuan. Sebagian riset melibatkan perumusan hipotesis atau
proposisi solusi, analisis data, dan deduksi, dan memastikan apakah kesimpulan
sesuai dengan hipotesis. Sehingga riset itu dapat dikatakan adalah sebuah
proses menciptakan atau merumuskan pengetahuuan yang belum ada. Dari definisi
riset dapat dipahami bahwa riset dilandasi dengan teori dari Kuhn. Proses dari
riset sendiri adalah dengan menggunakan pengetahuan yang sudah ada untuk diuji
validitasnya. Hasil dari pengujian hipotesis tersebut akan menghasilkan sebuah
pengetahuan baru atau dapat dikatakan telah terjadi pergantian paradigma.
Gaambaran proses perkembangan keilmuan dalam riset dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3. Akumalasi Paradigma Design Research
Dari gambar 4 terdapat paradigma
dalam proses riset yang menghasilkan akumulasi pengetahuan. Paradigma
penelitian tentunya akan mempengaruhi strategi riset dan metode riset. untuk
menghasilkan metode riset juga harus menggabungkan analisa data. dari gambarX
dapat dilihat bahwa faktor penggunaan data dan analisis data akan mempengaruhi
pemilihan metode riset dan juga penyusunan strategi riset.
Gambar 4. Aplikasi Riset Pardigma
Setelaah kita memahaami paradigma baru kita akan mulai masuk
dengan metode DSR pada riset. Jika kita melihat ada kata desain dalam sebuah
riset maka dapat dikatakaan bahwa riset tersebut komprehensif. Mengacu pada
Taksonomi Bloom, desain adalah tingkat paling atas dari keilmuan (gambar x)
karena dapat membuat suatu pembaharuan.
Gambar 5. Taksonomi Bloom
Paradigma
penelitian adalah “kumpulan” keyakinan dan kesepakatan Bersama dibagikan antara
ilmuwan tentang bagaimana seharusnya masalah dipahami dan ditangani” (Kuhn,
1970). Bisa juga dikatakan paradigma
penelitian adalah serangkaian aktivitas yang dianggap tepat oleh komunitas
penelitian utnuk menghasilkan pemahaman (pengetahuan) dalam metode atau Teknik
penelitiannya (D.
Deb et al., Engineering Research Methodology, Intelligent Systems Refence
Library.Springer.2019). Dari
pengertian tentang paradigma penelitian ini adalah keluaran dari hasil
penelitian adalah berupa pengetahuan (Knowledge). Sehingga hasil
dari engineering belum tentu hasil dari penelitian. Ada
beberapa perbedaan antara natural
science,social science dan design science (D,Denyer et al. “ Devoloping Design Proposisition Through Research
Synthesis”) yang dapat dilihat pada table 1.
Tabel 1.
Perbedaan natural science,social science dan
design science
Paradigma desain riset yang menjadikan pijakan untuk
melaksanakan penelitian terutama dalam bidang engineering. Sehingga
dalam tugas akhir mahasiswa bisa menggunakan pijakan pradigma riset desain
dalam membuat kerangka penelitian.
Design Science Research
Secara definisi design science
research (DSR) adalah paradigma riset dimana seorang desainer menjawab
pertanyaan yang relevan dengan permasalahan manusia melalui kreasi dari artifak
yang inovatif, sehingga dapat berkontribusi untuk pengetahuan baru. Artifak
desain sangat berguna untuk fundamental dalam memahami permasalahan. DSR
berfokus pada pengembangan artefak melibatkan dua kegiatan utama untuk
meningkatkan dan memahami perilaku aspek sistem informasi yaitu :
1. Penciptaan pengetahuan baru melalui
desain inovasi artefak baru (benda atau proses)
2. Analisis penggunaan dan/atau kinerja
artefak dengan refleksi dan abstraksi
Agar lebih mudah untuk mengaplikasikan DSR dalam penelitian
akan dipaparkan pada table 2. Pada table 2 mendeskripsikan tentang panduan DSR
dalam beberapa poin riset
No
|
Pedoman
|
Deskripsi
|
1
|
Design as an Artifact
|
Penelitian
desain harus menghasilkan artefak yang layak dalam bentuk: sebuah konstruk,
model, metode, atau instantiasi
|
2
|
Problem relevance
|
Tujuan
dari penelitian desain adalah untuk mengembangkan solusi berbasis teknologi
untuk masalah bisnis yang penting dan relevan
|
3
|
Design evaluation
|
Utilitas,
kualitas, dan kemanjuran artefak desain harus:
didemonstrasikan
secara ketat melalui metode evaluasi yang dijalankan dengan baik
|
4
|
Research contributions
|
Penelitian
desain yang efektif harus memberikan informasi yang jelas dan dapat
diverifikasi
kontribusi
di bidang artefak desain, desain
fondasi,
dan/atau metodologi desain
|
5
|
Research rigor
|
Penelitian
ilmu desain bergantung pada penerapan ketat
metode
dalam konstruksi dan evaluasi desain artefak
|
6
|
Design as a search process
|
Pencarian
artefak yang efektif membutuhkan penggunaan sarana yang tersedia untuk
mencapai tujuan yang diinginkan sambil memenuhi hukum dalam masalah
lingkungan
|
7
|
Communication of research
|
Penelitian
ilmu desain harus disajikan secara efektif untuk keduanya audiens yang
berorientasi teknologi dan berorientasi manajemen
|
Dengan menggunakan poin 1-7 pada
table 2, maka hasil dari riset menggunakan DSR akan menjadi penelitian yang
berkualitas dan bisa bermanfaat untuk seluruh kalangan. Untuk framework dari
penelitian harus menjawab kebutuhan dari masyarakat yang dipadukan dengan
pengetahuan sehingga bisa menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
(gambar 6)
Gambar 6. Framework DSR
Demikian artikel yang bisa disampaikan, kedepannya
akan dibuat untuk contoh aplikasi dari DSRM. Semoga bermanfaat untuk Mahasiswa
semua.