Berita Kampus
Kuliah Umum Prodi Teknik Logistik: Halal Operation and Logistic

Published by: Universitas Pertamina 25 June 2022
Di baca: 12 kali
Jakarta, 25 Januari 2022 - Program Studi Teknik Logistik Universitas Pertamina pada Sabtu (25/6) sukses menyelenggarakan webinar bertemakan Halal Operation and Logistics. Webinar ini mengundang Prof. Iwan Vanany, S.T., M.T., Ph.D. dosen Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember sebagai pembicara.

Dalam pemaparannya, Prof. Iwan menyampaikan sektor bisnis berbasis halal saat ini terus meningkat terutama di bidang perbankan, pariwisata hingga kosmetik, makanan, dan obat-obatan. 

Prof. Iwan mengatakan pada tahun 2018, jumlah belanja umat muslim secara global dalam bidang kosmetik mencapai 64 Miliar USD. Pada industri makanan, jumlah belanja mencapai 1,37 Triliun USD, sedangkan pada industri farmasi mencapai 92 Miliar USD. Diperkirakan angka belanja ini akan terus bertambah hingga tahun 2024.

Menurut Prof. Iwan, halal tidak hanya terbatas pada wilayah dan kepercayaan, namun juga mencakup kualitas sebuah barang atau jasa. “Salah satu faktor yang mendorong berkembangnya industri makanan halal misalnya, karena makanan “halal” umumnya mengedepankan proses produksi dan pengolahan yang higienis,” jelas prof. Iwan.

Dalam kegiatan produksi, kegiatan quality management memegang peranan penting agar perusahaan dapat menjaga konsistensi produknya. Dalam bisnis berbasis halal, tentu hal yang menjadi patokan adalah tidak mengandung segala jenis olahan babi. Di Indonesia, sertifikasi halal sebuah produk harus mengikuti kriteria Sistem Jaminan Halal (SJH) atau Halal Assurance System (HAS).

Namun menurut Prof. Iwan masih banyak produk defect meskipun telah elah melalui HAS. “Masih banyak makanan berbasis ayam yang diproduksi tanpa penyembelihan, padahal kualitas daging yang dihasilkan jauh di bawah daging yang diproduksi melalui proses penyembelihan.”

Untuk mengatasinya, Prof. Iwan menjelaskan bahwa terdapat metode yang efektif untuk mengurangi defect pada sebuah produk yakni Six Sigma Models. Pada metode ini, dilakukan sejumlah kegiatan seperti analisis akar permasalahan, mengelompokkan masalah berdasarkan jumlah, penilaian efisiensi dan efektivitas, dan analisis stakeholder.

Selain banyak ditemui produk defect, hal yang turut menjadi masalah dalam produk halal adalah konsumen tidak bisa mengetahui bahan baku yang digunakan. Maka dari itu, diperlukan audit internal yang dapat digunakan untuk melacak dan memastikan bahwa bahan baku, cara pengolahan, dan hasil akhir produk benar-benar halal.

Langkah-langkah audit internal yang diperlukan adalah dengan membuat katalog pemetaan vendor supplier, bahan baku, dan produk jadi; melakukan pembelian bahan baku halal; memilah bahan baku yang masih bisa dan tidak bisa digunakan; mengolah produk dengan langkah-langkah yang halal; dan yang terakhir penyimpanan produk jadi.

Untuk menjaga integritas, perusahaan bisa menggunakan software Blokchain yang bisa menyimpan data terkait kegiatan produksi. “Jadi kita bisa lihat data dari awal misalkan siapa yang potong ayamnya, bisa dilihat juga nama dan fotonya. Jadi bisa meningkatkan transparansi, akuntabilitas serta kepercayaan bagi stakeholder,” kata Prof. Irwan.

Di penghujung webinar, Prof. Iwan mengatakan bahwa produk halal harus didistribusikan secara halal juga dengan cara memisahkan produk halal dengan non halal agar tidak terjadi kontaminasi serta memastikan rangkaian proses produksi menggunakan syariat Islam.

“Karena pernah terjadi kasus tahun 2014 di Malaysia, yaitu produk cokelat terkontaminasi daging babi karena proses pendistribusiannya dilakukan secara bersamaan;” ujar Pro. Iwan. [RD]

Thumbnail

Tinggalkan Balasan

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

© 2021 Universitas Pertamina.
All Rights Reserved