Sering kali orang bertanya: perlukah saya mengambil S2 ya? Menjadi master bukan sekedar menambah panjang gelar di belakang nama. Beberapa orang malah tidak pernah mencantumkan gelar di kartu nama mereka. Mungkin ke-masteran mereka akan muncul pada saat harus ditampilkan di kesempatan-kesempatan yang relevan, seperti melamar bekerjaan, atau saat berada pada kesempatan-kesempatan resmi yang menampilkan gelar menjadi relevan.
Beberapa studi menunjukkan adanya hubungan pencapaian gelar dengan penghargaan di tempat kerja. Studi oleh Ruiz (2023) di Spanyol, yang dapat dilihat
https://doi.org/10.1108/IJM-07-2022-0307, menunjukkan ada dampak positif yang signifikan dari perolehan gelar master terhadap gaji. Selain itu, individu dengan studi pascasarjana lebih cenderung mengalami mobilitas gaji ke atas dibandingkan dengan pemegang gelar sarjana saja. Pengaruh positif secara langsung perolehan gelar master terhadap tingkat gaji juga didukung oleh penelitian Rudaev dan Busygin (2021) di Rusia (
DOI 10.25205/2542-0429-2021-21-1-86-103).
Cukup sulit untuk mencari keterkaitan perolehan gelar master dengan tingkat gaji yang diterima oleh seseorang, di Indonesia. Namun ada satu penelitian oleh Wu (2023), seperti dapat dilihat di
DOI: 10.54254/2754-1169/50/20230587 yang mengatakan bahwa di Indonesia ada hubungan positif antara lama pendidikan formal dengan besarnya gaji. Dengan kata lain, karena pendidikan master menambah lama tingkat pendidikan formal, dapat dikatakan bahwa ada kecenderungan bahwa orang dengan pendidikan master cenderung memiliki gaji lebih tinggi daripada orang dengan pendidikan dengan tingkat yang lebih rendah.
Fakta-fakta tentang hubungan antara perolehan gelar master dengan tingkat gaji, yang diperoleh dari hasil penelitian ini mungkin menjadi salah satu pertimbangan yang berguna bagi seseorang dalam menimbang apakah ia perlu mengambil kuliah S2, disamping, tentu saja, pertimbangan-pertimbangan lainnya.