Logo Universitas Pertamina
ID / EN
Berita Kampus

Webinar Cipta Karsa : “Pangan VS Energi”


Published by: Universitas Pertamina Kamis, 7 April 2022
Dibaca: 486 kali
Jakarta, 27 Maret 2022 - Pada tanggal 26 Februari 2022, Universitas Pertamina melakukan Webinar Cipta Karsa yang mengusung tema “Pangan VS Energi”, dengan narasumber Komjen. Pol (Purn.), DRS. H. Setyo Wasisto, S.H. Saat ini beliau menjadi Komisari PT Widodo Makmur Perkasa Tbk. Serta Anggota Dewan Komisaris dari salah satu Perusahaan Ritel terbesar di Indonesia.

Dalam acara yang dihadiri oleh Mahasiswa/I Universitas Pertamina dan peserta dari luar ini, DRS. H. Setyo Wasisto, S.H. menjelaskan bahwa ketika berbicara mengenai pangan dan energi maka ada tiga hal yang ingin dibahas, diantaranya;
1. Ketahanan, yaitu stok atau cadangan pangan yang dimiliki sebuah negara.
2. Kedaulatan, yaitu kemampuan negara untuk memproduksi bahan pangan.
3. Keamanan, yaitu daya tahan sebuah negara untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.

Lanjut DRS. H. Setyo Wasisto, S.H. Energi merupakan satuan kapasitas untuk melakukan pekerjaan atau usaha. Terdapat beberapa macam bentuk energi seperti kinetik, termal, listrik, kimia, nuklir, dan lainnya. Dalam hukum energi menyatakan bahwa energi dapat diubah bentuknya akan tetapi tidak dapat diciptakan atau dirumuskan. Pada intinya energi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini, semua manusia setiap hari menggunakan energi untuk mempermudah kegiatan aktivitasnya sehari-hari.

“Industri pangan dan energi merupakan dua industri yang tidak dapat dipisahkan. Dimana keduanya menopang satu sama lain, Maka dari itu, penting bagi setiap negara untuk dapat menjaga keseimbangan dari kedua industri ini”, Ujar DRS. H. Setyo Wasisto, S.H. (26/3).
Melalui peraturan yang diterbitkan oleh pemerintah bahwa negara telah mengatur ekosistem pangan dan energi di Indonesia, dimana negara memiliki rancangan bangunan industri pangan dan energi yang saling bersinergi dan berkesinambungan. Peraturan tersebut tercantum dalam UU No.18 Tahun 2012 Tentang Pangan dan Peraturan Presiden No.66 Tahun 2021 Tentang Badan Pangan Nasional. Sedangkan UU No.30 Tahun 2007 Tentang Energi dan Permen ESDM No.41 Tahun 2018 dan No.45 Tahun 2018.

“Apabila dibandingkan dengan beberapa negara pilihan anggota G20 di dunia, Indonesia memiliki daya tahan cadangan yang rendah. Indonesia hanya memiliki cadangan penanaman sebesar 1,7 ton merupakan jumlah yang sangat kecil apabila kita bandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 271 juta jiwa”, Jelas DRS. H. Setyo Wasisto, S.H. 

Dari sisi pengawasan dan penerapan regulasi industri pangan, bahwa masih lemahnya pengawasan kepada distribusi komoditas yang merupakan salah satu kebutuhan pokok pasar rumah tangga di Indonesia. Serta terlambatnya penerapan strategi pemerintah dalam menghadapi menurunnya ketersediaan komoditas pangan di dunia, Hal ini lah yang menjadi salah satu faktor pemicu rendahnya cadangan pangan di Indonesia. Sedangkan dari sisi energi, melihat kenyataannya sebanyak 1,457 Gg CO2 menyebabkan Indonesia menduduki peringkat keempat sebagai penghasil Emisi GHG terbesar di dunia. 

Guna mengatasi hal tersebut, terdapat alternatif untuk meningkatkan cadangan pangan dan memiliki energi alternatif yang ramah lingkungan. Diantaranya Bioetanol atau Singkong dapat dipilih sebagai energi alternatif, karena pada dasarnya tumbuhan cangkok memiliki kandungan pati, gula  yang bisa dimanfaatkan dalam proses pembuatan bahan bakar alternatif. Dan biomassa sawit dapat digunakan sebagai bahan bakar, mulsa, dan pupuk. Biomassa juga bisa diubah menjadi bio batubara sebagai pengganti batu bara. Penggunaan bio pelet atau bio batubara untuk bahan bakar pembangkit listrik lebih ramah lingkungan karena dapat mengurangi emisi gas rumah kaca.

“Terdapat inovasi korporasi dalam permasalahan pangan dan energi di Indonesia, berikut inovasinya” - DRS. H. Setyo Wasisto, S.H.

1. Penerapan energi terbarukan dalam industri pangan. Tujuannya untuk mendapatkan efisiensi dalam biaya produksi juga sebagai komitmen PT Widodo Makmur Perkasa Tbk. sebagai perusahaan hijau yang memiliki prinsip “People, Planet, and Profit”. 
2. Untuk di masa yang akan datang tepatnya pada tahun 2026, PT Widodo Makmur Perkasa Tbk. menargetkan akan memasang teknologi panel surya dengan total kapasitas 158 MWp, yang akan menghasilkan efisiensi 15-20% dibandingkan penggunaan energi konvensional.
3. PT Widodo Makmur Perkasa Tbk. memiliki rencana untuk mengolah limbah peternakan sapi untuk dijadikan pupuk hayati untuk penggunaan internal dan penjualan eksternal ke perkebunan skala besar seperti kelapa sawit, karet, dan tebu. Selain itu juga akan limbah tersebut akan bisa dijadikan bahan bakar biogas dan menjualnya ke industri kecil dan menengah di sekitar fasilitas produksi. Dan saat ini PT Widodo Makmur Perkasa Tbk. memproduksi sendiri produk hayati dalam skala terbatas untuk keperluan ESG, kedepannya berencana akan memproduksi dalam skala besar.

Pada saat sesi penutupan penyampaian materi DRS. H. Setyo Wasisto, S.H., menyatakan bahwa pada situasi yang tidak menguntungkan ini harus memaksimalkan potensi pertanian dengan penerapan Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk memaksimalkan efisiensi, serta potensi pertanian untuk menghasilkan energi nabati”, (26/3).

Thumbnail

Tinggalkan Balasan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalan UU ITE

© 2025 Universitas Pertamina.
All rights reserved