Logo Universitas Pertamina
ID / EN
Berita Energi

Surganya Energi Listrik Tenaga Surya Ada di Timur


Published by: kumparan.com Senin, 21 Februari 2022
Dibaca: 842 kali
Apa yang terjadi jika pembangkit listrik berbahan bakar fosil kehabisan bahannya? Apa yang akan terjadi pada bumi jika gas rumah kaca itu terus terproduksi?Apa yang akan terjadi pada masa depan jika krisis lingkungan ini terus berlanjut? Tentunya pertanyaan-pertanyaan inilah yang terus menghantui benak setiap kepala negara dan seluruh warga dunia. Oleh sebab itu, setiap negara berlomba-lomba untuk mengembangkan sumber energi baru dan terbarukan yang dapat membuat bumi tersenyum kembali.

Salah satu energi baru dan terbarukan yang tidak pernah letih dalam berbagi energi adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya atau PLTS. Pembangkit jenis inilah yang menjadi senjata utama Indonesia dalam transisi energi. Demi mempercepat transisi energi, Indonesia menetapkan 23% sebagai target bauran energi baru dan terbarukan pada tahun 2025 mendatang. Kebijakan tersebut ditetapkan demi upaya pengurangan terhadap ketergantungan Indonesia akan energi konvensional yang berbahan bakar fosil.

Dalam proses pembangkitan listrik, sinar matahari merupakan variabel utama yang dibutuhkan oleh PLTS. Hal ini lah yang menjadi parameter para insinyur untuk melakukan instalasi PLTS. Berdasarkan hal tersebut apakah pernah terlintas suatu pertanyaan, dimanakah daerah yang memiliki potensi tertinggi untuk PLTS di Indonesia sehingga dapat dijadikan untuk pusat pembangunan dan pengembangan PLTS?
Saat ini dan di masa depan nanti Indonesia dapat menyandarkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di bahu Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Provinsi tersebut memang memiliki berbagai potensi dan kekayaan alam yang melimpah salah satunya adalah intensitas cahaya matahari. Hal ini lah yang menyebabkan NTT memiliki potensi terbaik di Indonesia dalam hal pembangunan dan pengembangan salah satu energi baru dan terbarukan yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Ketua Komisi VII DPR RI, Sugeng Suparwoto menyebutkan bahwa masa depan energi baru dan terbarukan Indonesia dan bahkan dunia berada pada bagian timur yaitu NTT karena menurut para ahli, intensitas cahaya yang paling baik di negara ini adalah di NTT, tepatnya di pulau Timor dan Sumba. Hal tersebut merupakan sebuah potensi yang sangat berharga dan tidak boleh disia-siakan bagi pengembangan PLTS yang ramah lingkungan dan berkelanjutan ini.
Pernyataan Ketua Komisi VII DPR RI tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prakarsa Jaringan Cerdas Indonesia(PJCI) pada daerah NTT tepatnya pulau Sumbang dan Timor. PJCI yang merupakan komunitas tempat berkumpulnya para peneliti dan praktisi listrik menyatakan bahwa potensi energi listrik dari sinar matahari yang dimiliki oleh pulau Timor dan Sumbang tersebut mencapai 60 gigawatt. Hal tersebut merupakan angka yang sangat fantastis, mengingat kebutuhan listrik Indonesia adalah sekitar 70 gigawatt. Sehingga hal tersebut akan memungkinkan untuk menopang kebutuhan listrik dalam negeri dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Kita berobsesi NTT harus bisa jadi pusat pengembangan tenaga matahari dunia. Maka sumberdaya manusia harus disiapkan termasuk perlu dirikan akademi dan balai latihan kerja bertaraf internasional. Sehingga bisa jadi pusat belajar dunia, bahkan tenaga kerja kita bisa dikirim ke luar negeri untuk hal ini.Karena dunia sekarang mengarah 
ke sana. Arab Saudi dengan semakin turunnya harga minyak, mulai pikir manfaatkan energi matahari. Tidak boleh terjadi kutukan Sumber Daya Alam (SDA) di NTT,” jelas Sugeng.
Ketua Komisi VII DPR RI tersebut juga menyatakan ambisinya untuk menjadikan NTT sebagai pusat pembangunan dan pengembangan energi listrik tenaga surya di Indonesia bahkan dunia. Maka dari itu, sumber daya manusia perlu ditingkatkan dengan pendirian akademi dan pelatihan kerja yang ada di level internasional. Kemudian, sebagai projek pertama akan dilakukan pembangunan 2000 MW panel surya di NTT.

Selain itu, Ketua dan Pendiri PJCI yaitu Eddie Widono, mengungkapkan dukungannya terhadap Gubernur NTT untuk mengembangkan PLTS di wiliyahnya, dengan harapan dapat menjadi pusat PLTS dan menopang kebutuhan energi bersih di Indonesia.
“Potensi ini bisa diekspor ke Jawa. Industri di pulau Jawa butuh pasokan energi baru terbarukan sekitar 90 sampai 100 miliar kwh per tahun. Sementara yang mampu dipasok hanya sekitar 8,5 miliar kwh pertahun energi terbarukan. Dampaknya, industri ini akan sulit mengekspor produknya ke negara yang inginkan produk dari energi baru terbarukan,” ujar Eddie Widono.
Thumbnail
Bagikan:
Bagikan ke WhatsApp
Bagikan ke Facebook
Bagikan ke X
Bagikan ke Telegram
Bagikan ke LinkedIn

Tinggalkan Balasan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalan UU ITE

© 2025 Universitas Pertamina.
All rights reserved