Logo Universitas Pertamina
ID / EN
Berita Energi

Pertamina Better, Semangat Energi Terbarukan di Kota Minyak


Published by: Universitas Pertamina Senin, 7 November 2022
Dibaca: 453 kali
PERTAMINA Better menjadi motorik atau penggerak kampanye waste management. Better merupakan singkatan Balikpapan Energi Terbarukan yang berangkat dari semangat renewable energy. Program ini diusung Pertamina DPPU Sepinggan bagian dari Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan.

Salah satu aksi nyata Pertamina Better lewat tangan Thomas Sakino yang mengelola sampah organik. Awalnya gerakan ini dibangun bersama warga sekitar di RT 18 Kelurahan Sepinggan, Balikpapan Selatan. Masyarakat di sana sudah memiliki kebiasaan memanfaatkan seluruh sisa sampah. Sehingga, semua sampah memiliki nilai.

Warga mengumpulkan sampah di Rumah Kompos Bank Sampah Wonorejo Prona 3. Thomas mengolah sampah menjadi kompos dari sampah-sampah rumah tangga seperti sayuran, kulit buah, dan sisa makanan. Caranya, sampah padat ditumpuk dalam komposter kurang lebih selama satu bulan hingga menghasilkan pupuk cair.

Produk ini dijual dengan merek Pupuk Cair Organik RT 18. Sementara sisa sampah dari pupuk padat diolah lagi menjadi media tanam siap pakai untuk tanaman. “Ada unsur tanah, kompos, pupuk kandang dari hasil ternak, dan sekam,” katanya. Selanjutnya, Thomas membuat mikro organisme lokal (MOL) yang berfungsi agar kandang ternak tak berbau.

Olahan dari sampah buah dicampur air kelapa dan melalui proses fermentasi. Itu menghasilkan MOL yang mampu menghilangkan amonia. “Limbah MOL bisa untuk pakan ternak lagi. Jadi, sirkulasi ekonomi terbentuk dari limbah-limbah sampah rumah tangga,” sebutnya. Berbagai hasil produk pupuk yang ada diberikan ke tanaman untuk menghasilkan produk pertanian.

Thomas sendiri mempelopori budidaya lidah buaya dan bersama UMKM bentukan warga, mereka membuat produk nata de aloe vera. Ini produk siap saji seperti minuman. Semua hasil olahan di Bank Sampah Wonorejo Prona 3 merupakan contoh penerapan waste management circular economy telah berjalan.

Pria asal Wonogiri ini menyebarkan kampanye waste management ke berbagai tempat. Dia membuat komposter agar pembuatan kompos bisa diterapkan di skala rumah tangga. Sebuah media pengolahan sampah organik menjadi kompos. “Warga tidak perlu buang sampah jauh-jauh ke TPS. Warga yang memiliki kesadaran sudah ikut berpartisipasi dengan komposter,” ungkapnya.

Dia menjelaskan, setiap rumah tangga belum tentu bisa memenuhi satu komposter dengan sampah selama sebulan. Artinya, sudah mengurangi aktivitas tidak membuang sampah ke TPS. Sehingga, meringankan beban Dinas Lingkungan Hidup Balikpapan dan TPA Manggar. Konsep ini turut diterapkan ke berbagai daerah di Balikpapan.

Kini menciptakan Gerakan 1.000 Komposter yang tersebar di kota dengan ikon beruang madu tersebut. Komposter menjadi buruan. Thomas pun aktif menjadi narasumber agar penerapan waste management bisa semakin masif. “Nasabah bank sampah totalnya berkisar 50 orang yang tersebar dari seluruh penjuru kota,” ucapnya.

Teranyar, pihaknya berhasil meraih Juara I dalam Better Challenge melalui komposter sebagai inovasi. Kemudian Juara II Lomba CGH Balikpapan 2022. Sementara Thomas secara individual mendapat Juara I motivator kader lingkungan. Sejak menjalin kerja sama dalam Pertamina Better, Pertamina DPPU Sepinggan memberikan bantuan.

Mulai dari pendanaan pengembangan bank sampah, pengurusan surat izin pangan industri rumah tangga (PIRT) dan sertifikasi halal untuk produk UMKM, serta pengadaan biopori. Menurutnya, bantuan ini juga sesuai kebutuhan agar benar-benar bermanfaat. “Saya ingin melepas virus positif ini semakin besar. Ayo sama-sama berorganik,” harapnya.

Selain bersama Bank Sampah Wonorejo Prona 3, perjalanan waste management yang dilakukan Pertamina DPPU Sepinggan lebih dulu bermula saat bertemu Banana & Partners. Mereka bersama Pertamina membangun pusat industri daur ulang rumah tangga (Pandora) yang berlokasi di Kelurahan Sepinggan Baru.

Pandora berfungsi sebagai bank sampah induk. Di tempat ini, minyak jelantah yang termasuk sampah organik dibuat menjadi biodiesel. Sebelumnya, minyak jelantah yang tidak terpakai lagi dari hasil produksi rumah tangga dibeli dari warga. Biodiesel ini untuk menghidupkan mesin pencacah yang mengolah sampah anorganik.

Ada dua mesin yang digunakan untuk mesin pencacah di antaranya mesin dompeng dan mesin truk berbahan bakar solar. "Kami mengganti solar dengan biodiesel, kami buat sendiri dari minyak jelantah. Jadi, ada proses sirkular," kata Chief Operating Officer Banana & Partners Lisa Kurniawaty.

Proses membentuk biodiesel ini menggunakan alat khusus. Minyak jelantah dimasak dalam suhu tertentu dan melewati proses pencucian. Nantinya terpisah antara air, gliserin, dan biodiesel. Namun, perlu pencucian sampai tiga kali agar benar-benar biodiesel bisa digunakan sebagai bahan bakar mesin pencacah.

Hasil biodiesel juga memunculkan residu gliserin yang bisa digunakan menjadi cairan disinfektan. "Kami lakukan penyemprotan ke fasilitas umum dan warga yang menjalani isolasi mandiri dapat disinfektan," tuturnya. Warga cukup menukarkan dengan sampah. Tak hanya biodiesel, pihaknya juga mengolah sampah menjadi biocharcoal.

Bahan baku dari sampah batok kepala maupun sampah campur. Sampah ini diolah menjadi briket arang atau biocharcoal. Misalnya bisa digunakan untuk bahan bakar grill hingga pupuk kebun. Lisa bercerita, setiap harinya Pandora mengolah sampah sesuai dengan kapasitas mesin. Misalnya untuk sampah organik menjadi biodiesel dan biocharcoal menghasilkan 1 ton per hari.

Sedangkan sampah anorganik sekitar 3 ton per hari. Dia menambahkan, limbah plastik yang diolah di Pandora hingga bahan sepertiga jadi lewat proses cacah dan press. Hasilnya seperti sereal corn flakes. Kemudian untuk olahan sampah terakhir masih harus dikirim ke pabrik di Surabaya. Seperti plastik yang dipres dibuat menjadi dakron. Sementara, plastik yang cacah menjadi biji plastik. Itu dijual ke pabrik baskom dan lainnya.

Pertama kali pemberian bantuan Pertamina pada 2020, pihaknya mendapat dana untuk membuat mesin biodiesel hasil desain sendiri. Ketika itu di bawah naungan Abadan. Pertamina Better mendorong transformasi Abadan sebagai sociopreneur menjadi Banana & Partners. Perusahaan start-up bergerak di bidang waste management dengan konsep waste to energy.

"Tujuannya agar produk bisa lebih masif dan kami bisa mencari profit sendiri," ujarnya. Hal terbaru Banana & Partners sedang menjalankan project pengolahan limbah dari pabrik batik. Berdasarkan data 2021, Banana & Partners telah berkontribusi mengolah sampah di Balikpapan.

Di antaranya 1.452 ton sampah plastik, 12 ton sampah minyak jelantah, dan 13 ton sampah perkantoran. Setidaknya ada lebih dari 300 pelanggan yang memanfaatkan bank sampah tersebut. Saat awal mula menjalankan Pertamina Better, Pertamina DPPU Balikpapan melihat energi terbarukan menjadi isu atau perhatian terus.

Tahun pertama program berjalan, fokus membangun Pandora. Bukan tanpa alasan, proses hilirisasi dari waste management circular economy ini dianggap bagian terpenting. Community Development Officer (CDO) Pertamina DPPU Sepinggan Nindya Puspaningtiyas menjelaskan, permasalahan bank sampah terletak pada proses akhir pengelolaan.

Selama ini, banyak sampah sudah terkumpul, tapi bingung akan diolah menjadi apa. Maka dibentuk Pandora. Setelah membangun Pandora, pihaknya membangun ekosistem dengan mengajak bank-bank sampah yang ada agar pengelolaan sampah bisa maksimal. Mereka menggunakan treatment kampanye semua pakai sampah 4S.

Di antaranya bayar pakai sampah, sedekah pakai sampah, pintar pakai sampah, dan sehat pakai sampah. “Tujuannya agar masyarakat lebih aware terhadap sampah dan partisipasi memberikan sampah untuk daur ulang,” sebutnya. Sedangkan tahun ini, Pertamina Better semakin meluaskan program.

Dia melihat masih ada sisa sampah yang belum terolah dari Pandora dan bisa dimanfaatkan lagi. “Kami integrasi dari sisa residu pencacahan plastik yang tidak bisa terpakai,” tuturnya. Akhirnya, menggandeng UMKM sebagai mitra binaan yang tergabung dalam Pertamina Sehati. Caranya dengan mengumpulkan bahan residu dan diberikan ke kelompok penjahit binaan.

Residu disulap menjadi bantal leher dan tas belanja. Produk ini dijual by order sampai suvenir perusahaan dengan merek Seraya Hand Craft. Nindya menyebutkan, pembentukan ekosistem untuk memperluas dampak pemanfaatan. “Bicara waste management bukan hanya sebatas mengelola sampah, tapi sampai ada value di masyarakat,” ucapnya.

Sehingga, seluruh sampah mulai organik dan anorganik dapat diolah menjadi produk. Itu semua membentuk sirkuler ekonomi. Sampah dipakai digunakan kemudian dibentuk lagi untuk digunakan hingga sampah benar-benar nol. Penerima manfaat secara tidak langsung bisa lebih dari 2.000 orang.

“Karena ada banyak orang yang menukarkan sampah di bank sampah. Tapi, untuk penerima manfaat secara langsung berkisar 200 orang,” sebutnya. Tak berhenti sampai di situ, pihaknya membuat lomba Better Challenge sebagai upaya untuk memantik bank sampah bisa aktif lagi.

CDO Pertamina DPPU Sepinggan Akhmad Taufiq Firaldy mengatakan, sebelumnya bank sampah di Kota Beriman seperti mati segan hidup tak mau. Sebab, dari total 169 bank sampah yang ikut lomba hanya 10 bank sampah. “Secara tidak langsung, program ini masuk dalam bagian penilaian adipura, jadi kami mendukung pemerintah kota,” katanya.

Targetnya bukan hanya sebatas menjalankan program CSR, namun bisa membuat Balikpapan menjadi percontohan pengelolaan sampah terbaik di Tanah Air. Namun, ini tak mudah karena harus membentuk kebiasaan mengolah sampah sedari rumah tangga di masyarakat.

“Harapan kami, mereka yang sudah kami bina selama ini nantinya bisa hidup mandiri dan survive. Meski program kerja sama kami sudah terhenti,” harapnya. Pihaknya berharap, nantinya seluruh proses pengolahan sampah cukup dilakukan di Kota Minyak. Seperti diketahui, saat ini bahan daur ulang terakhir masih harus dikirim ke Surabaya.

“Semoga dari program Pertamina Better bisa terbentuk pengelolaan sampah hingga end user untuk pertama kali di Kalimantan. Jadi tidak perlu kirim ke Jawa Timur,” sebutnya. Artinya seluruh sampah yang diproduksi di Balikpapan bisa dikelola sendiri. Dia berharap, mimpi ini bisa terwujud pada 2023 atau 2024.

Sebagai informasi melalui inovasi 4S, Pertamina Better berhasil menyabet Proper Emas 2021 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Proper merupakan program penilaian dari pemerintah kepada perusahaan. Khususnya tentang kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Ini diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2014.

Berisi aturan tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Perusahaan yang memperoleh predikat Proper Emas dinilai telah melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungan di atas kepatuhan. (*/ndu/k15)
Thumbnail
Bagikan:
Bagikan ke WhatsApp
Bagikan ke Facebook
Bagikan ke X
Bagikan ke Telegram
Bagikan ke LinkedIn

Tinggalkan Balasan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalan UU ITE

© 2025 Universitas Pertamina.
All rights reserved