Program Studi Teknik Kimia Universitas Pertamina (UPER) kembali menggelar kegiatan K-12 Outreach Research Based-Learning (RBL) Kimia Organik yang bertajuk, “Fuelling Change: From Residue to Value.” Kegiatan ini berfokus pada pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel sebagai upaya memperkenalkan pemanfaatan limbah rumah tangga melalui proses kimia kepada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA).
Turut dihadiri oleh Ketua Program Studi Teknik Kimia, Eduardus Budi Nursanto, Ph.D, Pembina AIChE Ayu Dahliyanti, S.T., M.Eng dan Dosen Teknik Kimia, Agung Nugroho, Ph.D. dan sebanyak 36 siswa dari tiga sekolah yaitu SMA Permata Indah, SMA Bhinneka Tunggal Ika, dan SMA Stella Maris .
Melalui bimbingan dosen, bersama mahasiswa program studi Teknik Kimia Universitas Pertamina siswa SMA yang hadir tidak hanya mendapatkan pembelajaran secara teori namun juga, siswa memiliki kesempatan untuk mencoba alat-alat yang digunakan di dalam Laboratorium Universitas pertamina.
Proses pengolahan minyak jelantah di Laboratorium Universitas Pertamina dimulai dengan pemurnian menggunakan natrium hidroksida (NaOH) dan karbon aktif. Minyak yang telah dimurnikan kemudian dicampur dengan NaOH dan metanol, lalu dipanaskan pada suhu 55-57 °C untuk memicu reaksi transesterifikasi, menghasilkan asam lemak metil ester sebagai komponen utama biodiesel.
Biodiesel yang dihasilkan dipisahkan dari gliserol menggunakan sentrifugasi, lalu dipanaskan kembali untuk menghilangkan kandungan air. Dengan Hasil praktikum mahasiswa Teknik Kimia dan siswa SMA ini dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif, meskipun masih memerlukan pengujian lebih lanjut sebelum diaplikasikan pada kendaraan.
Guru pendamping SMA Stella Maris, Artha Meriana menjelaskan bahwa pada saat ini pembelajaran menggunakan kurikulum merdeka, dengan tidak adanya lagi penjurusan yang diterapkan pada siswa SMA baik IPA maupun IPS. Siswa diberikan keleluasaan untuk dapat memiliki mata pelajaran sesuai dengan minat dan bakat.
“Pembelajaran saat ini menerapkan Kurikulum Merdeka, di mana tidak ada lagi sistem penjurusan IPA atau IPS di SMA. Siswa diberikan keleluasaan untuk memilih mata pelajaran sesuai dengan minat dan bakat mereka. banyak siswa yang takut masuk ke laboratorium atau memilih sains karena dianggap sulit,” ungkap Artha.
Lebih lanjut, Artha Meriana turut merespon baik pada kegiatan ini, “Melalui kegiatan ini, diharapkan bisa menjadikan pengalaman baru yang dapat merubah mindset siswa SMA bahwa, ternyata sains itu sangatlah menarik,” tutup Artha.
Kegiatan ini dihadapkan menjadi permulaan untuk dapat memberikan wawasan serta pembekalan awal sebelum menentukan jenjang pendidikan berikutnya, ketua pelaksana kegiatan K-12 Outreach Research Based-Learning (RBL) Kimia Organik, Vanesia Agnes berharap kegiatan ini menumbuhkan ketertarikan terhadap Kimia.
“Melalui kegiatan ini, siswa bukanlah hanya mendapat pengalaman, tetapi juga kami ingin menumbuhkan ketertarikan siswa terhadap dunia Kimia. Melalui pendekatan Research-Based Learning, kegiatan ini diharapkan menjadi titik awal bagi siswa untuk dapat memperoleh wawasan baru dan dapat membantu dalam menentukan pilihan akademik serta jenjang dalam pendidikan berikutnya," tutup Vanesia. [DA]
K-12 Outreach merupakan program yang dirancang untuk menjangkau siswa sekolah dasar hingga menengah atas untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan umumnya di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM), namun juga dapat mencakup disiplin lainnya.
Dengan adanya kegiatan K-12 Outreach ini, Program Studi Teknik Kimia dan Universitas Pertamina Kampus Bidang Teknologi dan Bisnis Berorientasi Energi terus berkomitmen untuk memberikan pengalaman pembelajaran yang inovatif dan aplikatif bagi generasi muda, guna memberikan pembekalan dan inspirasi untuk mendalami sains dan teknologi demi masa depan yang lebih berkelanjutan.
Jadilah Bagian dari Inovasi Sains dan Teknologi, Ikuti Program K-12 Outreach dan Outreach dan eksplorasi dunia STEM lebih dalam, bersama Universitas Pertamina - Kampus Bidang Teknologi dan Bisnis Berorientasi Energi.