Robot Hexapod “BumbleBee”: Inovasi Anak Bangsa di Medan Sangat Sulit
Bayangkan sebuah robot berkaki enam, lincah seperti serangga, dihadapkan pada medan bencana yang mustahil: tanjakan terjal, turunan curam, dan tangga yang tak beraturan. Di mana robot biasa akan gagal, robot ini justru bergerak dengan presisi, seolah memiliki kecerdasan dan insting untuk bertahan. Setiap langkahnya adalah kalkulasi cermat, setiap gerakannya adalah adaptasi sempurna.
Ini bukan adegan dari film fiksi ilmiah, melainkan puncak karya dari Tugas Akhir seorang mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Pertamina (UPER).
Ini adalah kisah tentang bagaimana kurikulum yang dinamis, budaya riset yang kuat, dan ekosistem yang suportif mampu mengubah potensi menjadi prestasi gemilang. Melalui perjalanan Muhammad Harish, mahasiswa dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) nyaris sempurna 3.96, kita melihat bukti nyata bahwa Teknik Elektro Universitas Pertamina tidak hanya menciptakan lulusan, tetapi melahirkan inovator yang siap menjawab tantangan zaman.
Menjawab Tantangan Nyata dengan Kecerdasan Buatan
Dunia robotika modern menghadapi tantangan besar: bagaimana menciptakan mesin yang mampu beradaptasi di lingkungan yang tidak terduga? Robot hexapod (berkaki enam) secara teoretis sangat stabil, namun mengontrol 18 sendi geraknya secara bersamaan adalah tantangan komputasi yang luar biasa kompleks. Metode kontrol konvensional seringkali gagal saat dihadapkan pada rintangan nyata karena sifatnya yang kaku.
Menjawab celah inilah, Harish, di bawah bimbingan para dosen ahli di Teknik Elektro UP, melakukan terobosan. Dalam Tugas Akhirnya yang berjudul Implementasi Reinforcement Learning pada Robot Hexapod, ia tidak hanya menerapkan teori kinematika yang diajarkan di kelas, tetapi mengintegrasikannya dengan Reinforcement Learning (RL)—sebuah cabang kecerdasan buatan di mana robot dapat "belajar" dari coba-gagal (trial-and-error) dalam sebuah lingkungan simulasi.
Hasilnya? Sebuah mahakarya bernama “BumbleBee,” robot hexapod fisik yang mampu menaklukkan tiga medan uji nyata—tanjakan, turunan, dan tangga—dengan tingkat keberhasilan 100%. Model kecerdasan buatan yang dikembangkannya, khususnya algoritma Soft Actor-Critic (SAC), terbukti paling unggul. Robot ini mampu menjaga kestabilan tubuhnya dalam rentang kemiringan yang sangat kecil (±0.3 radian) dan menyelesaikan setiap rintangan dalam waktu rata-rata hanya 26 detik. Ini adalah bukti konkret bagaimana pendidikan di UP mendorong mahasiswa untuk tidak hanya memahami ilmu, tetapi menciptakannya.
Tugas Akhir ini diuji oleh para ahli di bidang robotika dan kecerdasan buatan, yaitu:
🔹 Bapak Wahyu Agung Pramudito, Ph.D – Pakar Image Processing dan Machine Learning, Teknik Elektro Universitas Pertamina
🔹 Bapak Dr. Eng. Ananta Adhi Wardana – Pakar Robotika, Universitas Airlangga
Dalam penyusunan Tugas Akhir, Mas Harish bergabung dengan Sustainable Electric Power and Control Systems Research Group (SEPCS-RG) yang dibimbing oleh:
🔧 Bapak Dr. Eng. Muhammad Abdillah
🔧 Bapak Dr. Eng. Novanto Yudistira – Pakar Deep Learning, Universitas Brawijaya
🔹 Bapak Wahyu Agung Pramudito, Ph.D – Pakar Image Processing dan Machine Learning, Teknik Elektro Universitas Pertamina
🔹 Bapak Dr. Eng. Ananta Adhi Wardana – Pakar Robotika, Universitas Airlangga
Dalam penyusunan Tugas Akhir, Mas Harish bergabung dengan Sustainable Electric Power and Control Systems Research Group (SEPCS-RG) yang dibimbing oleh:
🔧 Bapak Dr. Eng. Muhammad Abdillah
🔧 Bapak Dr. Eng. Novanto Yudistira – Pakar Deep Learning, Universitas Brawijaya
Kurikulum ini membuat saya percaya diri untuk bereksperimen dengan teknologi terbaru. Saya dapat mengaplikasikan PyTorch, ROS, hingga Reinforcement Learning bukan hanya dalam simulasi, tapi ke robot nyata. Pengalaman ini membekali saya untuk berkompetisi di tingkat nasional hingga memperoleh HKI.
— Muhammad Harish, Mahasiswa Berprestasi Universitas Pertamina
Ekosistem Prestasi: Dari Kompetisi Nasional hingga Hak Paten
Pencapaian Harish bukanlah anomali, melainkan buah dari sebuah ekosistem pendidikan yang secara konsisten menumbuhkan budaya inovasi dan prestasi. Jauh sebelum Tugas Akhirnya, Harish telah mengukir namanya di berbagai panggung nasional. Ia berhasil meraih Juara 1 dalam GEMASTIK 2023, kompetisi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) paling bergengsi di Indonesia yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek.
Kemenangannya, dengan karya Roadsense: Pemetaan berbasis deep learning sebagai pendeteksi dan analisis kerusakan jalan secara real time, menunjukkan kemampuannya mengaplikasikan machine learning untuk solusi masalah perkotaan.
Juara GEMASTIK & Lomba Ilmiah
Juara 1 GEMASTIK 2023, Juara 1 karya tulis ilmiah di ITS, UNAIR, dan UNNES. Bukti konsistensi prestasi tingkat nasional.
Mahasiswa Berprestasi Utama
Dinobatkan sebagai Mahasiswa Berprestasi Utama UPER 2024, terpilih dari 15 prodi. Menginspirasi budaya juara di kampus.
5 Hak Kekayaan Intelektual
Mendapatkan 5 HKI dari Kemenkumham atas karya teknologi inovatif, mulai sistem deteksi jalan rusak hingga teknologi tunanetra.
Bergabunglah Menjadi Inovator di Teknik Elektro UPER
Kisah Muhammad Harish adalah cerminan sempurna dari apa yang kami tawarkan di Program Studi Teknik Elektro Universitas Pertamina. Kami menyediakan kurikulum yang relevan dengan masa depan, dengan konsentrasi pada Electrical Sustainable Energy, dan Automation and Internet of Thing (IoT). Kami membangun ekosistem yang suportif melalui unit kegiatan mahasiswa dan tim riset yang dipimpin oleh dosen-dosen bergelar 5 doktor dan 3 master serta ahli di bidangnya.
Kami membuka gerbang menuju industri melalui jaringan kuat dengan perusahaan-perusahaan terkemuka.
Di sini, Anda tidak hanya akan belajar tentang teknologi—Anda akan menjadi penciptanya. Perjalanan Anda untuk menjadi seorang inovator teknologi dimulai di sini. Jangan hanya menjadi penonton perubahan, jadilah penggeraknya.