Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan adanya kenaikan jumlah konsumsi udang sebanyak 6% pada tahun 2021. Presentase ini merupakan angka tertinggi dalam catatan konsumsi udang satu dekade terakhir. Konsumsi dan produksi udang yang tinggi menghasilkan limbah yang berlimpah. Dalam penelitian Swastawati, terungkap bahwa limbah udang yang terdiri dari kepala, kulit, kaki dan ekor mencapai sekitar 35-50% dari total berat udang.
Pada tahun 2014, Nwe menyatakan bahwa dalam limbah cangkang udang terdapat zat kitin sebesar 42-57%. Kitin merupakan polimer struktural yang terdapat pada cangkang arthropoda dan sangat bermanfaat untuk bahan baku industri. Zat ini dapat digunakan dalam industri apabila disintesis menjadi kitosan terlebih dahulu.
Guna meningkatkan nilai ekonomis dari limbah udang, Universitas Pertamina menginisiasi kegiatan workshop dengan tema “Isolasi Kitin dan Kitosan serta Aplikasinya dalam Pembuatan Tissue”. Kegiatan ini diadakan di Lab Kimia Terintegrasi Universitas Pertamina pada Sabtu (21/09) dan dihadiri oleh berbagai guru kimia se-Jawa Barat. Workshop dipimpin langsung oleh Dr. Nila Tanyela Berghuis, S.Si., M.Si, selaku Ketua Program Studi Kimia Universitas Pertamina.
Workshop mencangkup dua tahap eksperimen, yaitu tahap isolasi kitin dan konversi kitosan serta tahap pembuatan kertas tissue. Isolasi kitin terdiri dari proses deproteinasi (pemisahan protein), demineralisasi (pemisahan mineral), dan depigmentasi (penghilangan warna). Kemudian kitin dikonversi menjadi kitosan dengan bantuan NaOH dan derajat deasetilasi. Pada tahap kedua, larutan kitosan yang sudah diperoleh dijadikan bahan aditif untuk membuat kertas tissue organik dengan memanfaatkan limbah kulit jagung.
“Eksperimen ini merupakan temuan baru yang kebermanfaatannya langsung dapat dirasakan di kehidupan sehari-hari. Tentunya inovasi nanti kami akan memperkenalkan kepada siswa SMA di kelas maupun di ekstrakulikuler karya ilmiah” tutur Arin, Guru SMAN 24 Bandung. [AN]