Logo Universitas Pertamina
ID / EN
Berita Kampus

(Universitas Pertamina) The Future of Refinery : Strategi Pengembangan Industri Kilang dalam Menghadapi Transisi Energi Ke Depan


Published by: Universitas Pertamina Sabtu, 12 Maret 2022
Dibaca: 758 kali
Jakarta, 12 Maret 2022 - Pengembangan industri kilang menghadapi transisi ke depan, maka berbagai strategi yang efektif dan efisien perlu dibentuk agar mampu mengikuti berbagai perkembangan energi di kemudian hari. 

CEO PT Kilang Pertamina Internasional Bapak Djoko Priono memberikan kuliah umum pada seminar daring Cipta Karsa bertajuk “The Future of Refinery: Strategi Pengembangan Industri Kilang dalam Menghadapi Transisi Energi Ke Depan” seputar ilmu mengenai pembangunan industri kilang agar mampu mengikuti perkembangan energi. Sejak tahun 2020, Pertamina telah membangun holding dan subholding. Pada holding terdapat enam direksi yang bersifat strategis dan pada eksekusi diserahkan kepada subholding yang dimana terdapat enam subholding dan satu AP. Enam subholding ini diantaranya: subholding upstream, subholding refining & petrochemical, subholding commercial and trading, subholding power & NRE, subholding gas, subholding shipping, dan AP service / portfolio jelas Bapak Djoko Priono selaku CEO PT Kilang Pertamina Internasional dalam seminar Cipta Karsa  yang dilaksanakan di Universitas Pertamina secara daring, Sabtu (12/3).

Djoko Priono juga menjelaskan bahwa pada pelaksanaannya Pertamina membentuk organisasi Holding dan Subholding yang bersifat lean and agile, dimana ini terintegrasi dari hulu ke hilir agar dapat mencapai aspirasi yaitu “Menjadi perusahaan global energi terdepan dengan nilai valuasi pasar $100bn di tahun 2024” dengan memberikan keamanan energi bagi Indonesia, memimpin transisi energi Indonesia, satu desa ataupun wilayah tetapi bbm satu harga, menjadi penggerak pembangunan sosial. Pada pelaksanaannya juga terdapat organisasi SDM dan Budaya, penyelesaian proyek dengan hasil terbaik, teknologi dan digitalisasi, partner strategis dan merger akuisisi, dan optimalisasi portofolio ujar Bapak Djoko Priono.

Pada penjelasannya, PT Kilang Pertamina Internasional telah legal end state sejak September 2021. Dengan struktur perusahaan Refining & Petrochemical Subholding PT Pertamina Internasional dibawah  Holding PT Pertamina (Persero), memiliki lingkup usaha diantaranya: project infrastructure, product management, feedstock management, dan refinery. Dalam hal ini PT Kilang Pertamina Internasional yang menjadi salah satu Bisnis Grup PT Pertamina (Persero) yang memiliki fokus pada pengelolaan Bisnis-to-End Kilang minyak dan petrokimia, dari pengadaan minyak mentah, kilang pengolahan, termasuk juga pembangunan infrastruktur proyek. PT Kilang Pertamina Internasional saat ini telah mampu mengoperasionalisasikan enam kilang atau refinery unit (RU) dengan jumlah kapasitas pengolahan minyak mentah mencapai ~1 juta barrel per hari. 

Pada perjalanannya terdapat megatrend global di sektor energi, sehingga mengalami pergeseran dari waktu ke waktu. Perubahan perilaku masyarakat dan perkembangan teknologi membuat pergerakan demand energi di dunia tumbuh sangat signifikan. Karena hal ini, terdapat prediksi mengenai puncak pertumbuhan energi fosil di dunia yakni pada tahun 2030. Hal ini tentunya tidak semata mata mengalami pertumbuhan melainkan terdapat dorongan dari penetrasi sumber energi baru terbarukan. Meski begitu, fossil fuel akan tetap menjadi mayoritas bagi demand dengan kisaran 70% - 86% dari total bauran energi. 

Indonesia menjadi salah satu negara yang diberi dampak besar akibat perkembangan megatrend global di sektor energi, terdapat perkiraan peningkatan minyak pada sektor transportasi yaitu tahun 2033, demand pada sektor kimia diperkirakan akan tumbuh 5x lipat pada tahun 2035, gas akan mengalami transisi pada eksportir menjadi net importir pada tahun 2028, listrik diperkirakan akan meningkat 2x lipat pada tahun 2035, dan pada digital akan ada adopsi teknologi industry 4.0 akan tetapi belum membesar secara luas atau sifatnya masih masif. 

Djoko Priono juga memberikan penjelasan mengenai peningkatan permintaan produk BBM dan Petrokimia di Indonesia. Diperkirakan permintaan produk BBM akan meningkat sebesar ~3% pada tahun 2030 sehingga jumlah mencapai 1,5 juta barrel per hari. Akan tetapi eksisting hanya mampu produksi BBM dengan 729 ribu barrel per hari, maka opportunity yang muncul sebesar 830 ribu barrel per hari.Tidak hanya produk BBM, produk petrokimia juga mengalami peningkatan permintaan sebesar ~5% pada tahun 2030 sehingga mencapai total 7.646 KiloTon /Annum. Sedangkan Pertamina Group hanya mampu memproduksi 1.660 KoloTon/Annum, maka opportunity sebesar 5.986 KiloTon/Annum, ujar Bapak Djoko Priono.

Pada pemaparannya pada seminar Cipta Karsa yang bertajuk  “The Future of Refinery: Strategi Pengembangan Industri Kilang dalam Menghadapi Transisi Energi Ke Depan” Djoko Priono menjelaskan bahwa untuk berjalan dan terus berkembangnya industri dalam menghadapi transisi kedepan maka perlu strategi matang yang dibutuhkan agar dalam terus mengontrol dan terus mengikuti perkembangan industri kilang kedepan.

Thumbnail
Bagikan:
Bagikan ke WhatsApp
Bagikan ke Facebook
Bagikan ke X
Bagikan ke Telegram
Bagikan ke LinkedIn

Tinggalkan Balasan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalan UU ITE

© 2025 Universitas Pertamina.
All rights reserved