Published by: Universitas Pertamina
Jumat, 3 Desember 2021
Dibaca: 577 kali
Jakarta, 3 Desember 2021 - Setiap material logam atau jenis yang lainnya memiliki potensi untuk mengalami korosi. Dilansir dari data Economic Report of President 1998, pada negara maju korosi di suatu negara mencapai 3 sampai 5 persen dari gross domestic product (GDP). Di Amerika Serikat biaya tahunan yang dikeluarkan akibat dari korosi diperkirakan sebesar 70 miliar dollar AS di tahun 1980 dan menjadi 170 miliar dolar AS pada tahun 2000-an.
“Ternyata biaya akibat dari korosi sangat besar salah satunya dari sisi ekonomi yang mana begitu besar biaya yang harus dikeluarkan jika tidak ada perawatan pada logam. Hal ini juga tentunya akan berpengaruh pada keselamatan manusia juga sehingga yang berkaitan dengan logam dan semacamnya seperti tangki atau reakor harus dirawat” ujar Ketua Program Studi Teknik Mesin Universitas Pertamina Dr. Eng Sri Hastuty, S.T., M.T., M.Eng sebagai pembicara dalam acara Materials Chat Room (MATCHA ROOM) secara daring Minggu, (28/11).
Sri Hastuty memaparkan bahwa korosi terjadi disebabkan penurunan kualitas dari sebuah metal dikarenakan adanya interaksi dengan lingkungannya. “Korosi bisa juga terjadi pada infrastruktur, alat elektronik kita, bahkan pada beton juga dapat terjadi korosi” paparnya.
Ketua Program Studi Teknik Mesin Universitas Pertamina mengungkapkan bahwa korosi pada dasarnya tidak dapat kita cegah, namun dapat dikendalikan dengan beberapa metode. “Korosi dapat kita kendalikan dengan beberapa cara diantaranya pemilihan material, pelapisan atau coating, perubahan pada kondisi lingkungan dan potensial logam” ungkapnya. Pengendalian korosi juga harus diperhatikan sehingga dampak negatif kedepannya dapat dikendalikan, meskipun dampaknya tidak dapat langsung dirasakan. (LT)
Bagikan:
Bagikan ke WhatsApp
Bagikan ke Facebook
Bagikan ke X
Bagikan ke Telegram
Bagikan ke LinkedIn
Tinggalkan Balasan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalan UU ITE