Jakarta, 5 April 2023 - Fakultas Sains dan Ilmu Komputer (FSIK) Universitas Pertamina baru saja menggelar kegiatan diskusi dan benchmarking dalam rangka pendirian program studi baru, yakni S1 Aktuaria, pada Rabu (05/04).
Kegiatan diskusi ini menghadirkan Alan Yazid selaku Anggota Komite Pemantauan Asuransi Jasindo sebagai narasumber. Alan sendiri telah puluhan tahun berkarir dalam bidang manajemen risiko.
Dalam pemaparannya, Alan menyebut, program studi Aktuaria sangat relevan untuk didirikan di perguruan tinggi dalam negeri, karena mempelajari beragam cara pengelolaan risiko di tengah pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Namun sayangnya, hingga saat ini program studi Aktuaria masih belum banyak diketahui dan hanya ada di 7 universitas di Indonesia.
“Pembelajaran mengenai manajemen risiko menjadi penting karena risiko selalu mempengaruhi bagaimana perusahaan membuat dan merencanakan kebijakan, prosedur, dan menjalankan praktik-praktik bisnis lainnya,” jelas Alan.
Manajemen risiko sendiri, tambah Alan, memiliki cakupan yang cukup luas. Tidak hanya dalam jasa keuangan, manajemen risiko juga dapat diterapkan dalam sektor teknologi informasi, pertambangan dan energi, pariwisata, dan sebagainya.
Dekan Fakultas Komunikasi dan Diplomasi serta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pertamina, Dr. Dewi Hanggraeni, S.E., MBA., selaku ahli manajemen risiko menjelaskan, saat ini tidak hanya perusahaan besar saja yang memerlukan pengetahuan mengenai manajemen risiko, melainkan bisnis-bisnis UMKM.
“Berdasarkan riset yang saya lakukan kepada 1.401 responden pelaku UMKM, mayoritas kebutuhan UMK bukanlah pendanaan, namun manajemen risiko dan IT. Melalui survey tersebut, dapat dipastikan bahwa sangat penting bagi pelaku usaha untuk melek manajemen risiko,” ujar Dewi.
Melalui serangkaian pemaparan yang disampaikan oleh Alan dan Dewi, diharapkan satgas pembentukan program studi S1 Aktuaria dapat mempersiapkan proposal pembentukan program studi baru tersebut dengan baik dan lancar.