Jakarta, 8 Juli 2025 - Praktisi dan akademisi geosains, Agus Abdullah, meraih penghargaan dari Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) untuk kategori "Recognized and Leading Innovation" dalam ajang Joint Convention on Earth Science and Resources Engineering (JC) yang digelar di Semarang, 1–3 Juli 2025.
Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi terhadap kontribusi Agus dalam mengembangkan inovasi digital di sektor geosains, khususnya penerapan machine learning untuk optimalisasi eksplorasi energi di Indonesia.
“Inovasi muncul saat kita benar-benar terjun langsung dan memahami tantangan di lapangan,” ujar Agus dalam wawancara bersama Universitas Pertamina (8/7/25).
Buku ini mendapat sambutan positif dari komunitas geosains nasional dan direncanakan akan dilanjutkan dalam tiga seri berikutnya. Karya ini menjadi rujukan penting dalam memahami dasar-dasar pemrosesan data seismik secara komprehensif dan praktis, menjadikannya ensiklopedi pertama di bidang ini yang ditulis oleh akademisi Indonesia.
Machine Learning untuk Geosains dan Eksplorasi Energi
Penerapan machine learning menjadi tonggak utama dari inovasi yang diakui HAGI. Agus mempelajari bahasa pemrograman Python secara otodidak dan mengintegrasikannya ke dalam kurikulum kampus melalui mata kuliah Data Science and Machine Learning in Geophysics.
Ilmu ini tidak berhenti di ruang kelas. Beberapa lulusan bahkan telah menerapkan keterampilan tersebut dalam proyek-proyek eksplorasi migas nasional. Salah satu contohnya diterapkan di lapangan Pertamina Hulu Rokan (PHR) untuk menekan noise pada sensor monitoring hydraulic fracturing tanpa mengganggu proses produksi.
Agus juga mengembangkan metode untuk menganalisis sweet spots bawah permukaan sistem geothermal, serta membantu digitalisasi dan otomasi sistem eksplorasi di Pertamina melalui penerapan Artificial Intelligence seperti proyek bersama Pertamina Hulu Mahakam untuk menganalisis puluhan ribu anomali bawah permukaan.
Mengembangkan Budaya Inovasi dan Ekosistem Digital di Kampus
Sebagai dosen di Universitas Pertamina, Agus memandang kampus sebagai ruang terbuka yang ideal untuk menumbuhkan ekosistem inovatif. Ia aktif mengembangkan pelatihan bagi mahasiswa, mendorong kolaborasi lintas disiplin, serta mengajak dosen sejawat untuk mengadopsi teknologi dalam pengajaran dan penelitian.
Keterlibatan ini tidak hanya terbatas pada ruang kelas. Bersama mahasiswa dan kolega dosen, Agus tengah mengembangkan peta hidrokarbon dan cadangan minyak bumi berbasis kecerdasan buatan, sebagai bagian dari upaya memajukan riset berbasis teknologi.
“Indonesia punya potensi besar jika mampu membentuk ekosistem inovasi, seperti klaster digital di India. Kita bisa mulai dari kampus,” ujarnya.
Empat Prinsip untuk Generasi Muda: Hands-on, Inovasi, Skill, dan Keberanian Belajar
Agus membagikan empat prinsip kunci yang menurutnya relevan untuk generasi muda: menjadi yang pertama, hands-on, berinovasi, dan terus mengasah keterampilan. Ia menekankan pentingnya belajar sepanjang hayat (lifelong learning) dan tidak takut berbuat kesalahan.
“Kalau selama dua tahun tidak ada perubahan, mungkin kita harus cari lingkungan baru, atau justru kita sendiri yang menciptakan perubahan itu,” pungkasnya.
Dengan penghargaan ini, Agus Abdullah tak hanya menorehkan prestasi pribadi, tetapi juga mendorong transformasi keilmuan geosains di era digital, menjawab kebutuhan industri energi yang kian kompleks dan berkelanjutan.
Inovasi yang dikembangkan Agus Abdullah juga sejalan dengan upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya poin SDG 7 (Energi Bersih dan Terjangkau), SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), serta SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim). Melalui pemanfaatan teknologi seperti machine learning dan cloud computing dalam eksplorasi energi, Agus berkontribusi pada efisiensi produksi, pengurangan dampak lingkungan, dan percepatan transformasi digital di sektor energi nasional.