Jakarta, 04 Juni 2025 - Ketahanan energi kini menjadi isu strategis global. Data BP Statistical Review of World Energy 2024 menunjukkan bahwa konsumsi energi primer dunia meningkat sebesar 2,1 persen sepanjang 2023, didominasi oleh energi fosil yang masih menyumbang lebih dari 80 persen dari bauran energi global (BP, 2024). Di Indonesia, 65 persen kebutuhan minyak nasional masih harus dipenuhi dari impor (Kementerian ESDM, 2024), yang menandakan urgensi penguatan kemandirian dan transisi energi.
Sebagai respons terhadap tantangan tersebut, Universitas Pertamina menggelar kuliah umum Cipta Karsa bertajuk “World Energy Security” pada Selasa, 3 Juni 2025. Kegiatan ini menghadirkan tokoh nasional dan pakar energi internasional, Dr. Archandra Tahar, M.Eng., serta diikuti oleh ratusan mahasiswa dari berbagai program studi.
Ketahanan Energi: Bukan Sekadar Isu Teknis
Dalam sesi yang berlangsung di Auditorium Universitas Pertamina, Dr. Arcandra Tahar, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia periode Juli–Agustus 2016, membuka diskusi dengan membagikan pengalaman saat memimpin kementerian strategis tersebut.
“Setiap negara tentu ingin mencapai energy independence, tapi tidak semua punya kemampuan itu. Bahkan Amerika Serikat sekalipun belum sepenuhnya mandiri. Yang penting adalah strategi energy security yang kuat,” tegas Dr. Archandra.
Dinamika Energi Global dan Tantangan Indonesia
Kuliah ini memetakan berbagai isu aktual: mulai dari perang Rusia-Ukraina yang mengguncang pasokan energi Eropa, hingga perubahan harga minyak global yang dipengaruhi faktor geopolitik. Dr. Arcandra juga menyoroti pentingnya transisi energi menuju sumber terbarukan, dengan tetap menjaga aspek keadilan dan inklusi sosial dalam implementasinya (IEA, 2023).
Kolaborasi Strategis dan Regulasi Energi
Sesi ini dimoderatori oleh Dr. Ir. M. Fanshurullah Asa, S.T., M.T., ASEAN Eng., dosen Teknik Sipil Universitas Pertamina dan Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Ia menambahkan perspektif dari sisi regulasi, pentingnya kompetisi sehat, serta integrasi kebijakan publik untuk mendukung penguatan sektor energi nasional.
“Mewujudkan ketahanan energi membutuhkan kebijakan adil, kepemimpinan visioner, serta kolaborasi lintas sektor,” ujar Dr. Fanshurullah.
Belajar Langsung dari Praktisi untuk Masa Depan Energi Berkelanjutan
Melalui kuliah Cipta Karsa bersama Dr. Arcandra Tahar, mahasiswa Universitas Pertamina mendapat kesempatan belajar langsung dari praktisi yang pernah berada di pusat pengambilan kebijakan energi nasional. Pengalaman ini memberikan nilai tambah yang signifikan, tidak hanya dalam memperluas wawasan, tetapi juga dalam melatih kemampuan berpikir kritis, komunikasi strategis, dan kerja sama lintas disiplin yang relevan dengan kebutuhan industri energi masa kini.
Kegiatan ini menunjukkan komitmen Universitas Pertamina dalam menghadirkan pembelajaran yang kontekstual dan aplikatif. Diskusi yang berlangsung interaktif dan tajam mendorong mahasiswa untuk berani mengajukan pertanyaan, menantang asumsi, dan mengembangkan solusi kreatif atas isu-isu global seperti transisi energi, krisis geopolitik, dan ketahanan energi nasional.
Lebih jauh, inisiatif ini turut mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 4 (Pendidikan Berkualitas), SDG 7 (Energi Bersih dan Terjangkau), SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim), dan SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan). Melalui kolaborasi antara dunia akademik, pemerintah, dan industri, Universitas Pertamina menegaskan perannya dalam mencetak generasi pemimpin energi yang adaptif, inklusif, dan berwawasan global.
