Berdasarkan data yang didapatkan dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (RPL) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada 2023, tercatat saat ini di perairan Indonesia luas terumbu karang mencapai 2,5 juta hektar dengan jumlah 569 spesies. Namun sayangnya, sekitar 33,82 persen diantaranya mengalami kerusakan. Sementara itu, dari sisi hutan mangrove menurut Badan Restorasi Mangrove dan Gambut (BRGM) menyatakan luas hutan mangrove di Indonesia mencapai 4.120.263 hektar dan 700.000 hektar diantaranya telah mengalami kerusakan (CNN Indonesia, 2022).
Salah satu faktor utama akibat rusaknya terumbu karang dan hutan mangrove di Indonesia yaitu karena ulah tangan manusia yang tidak bertanggung jawab. Selain itu, faktor perubahan iklim juga dapat menjadi penyebabnya karena adanya peningkatan konsentrasi pada gas karbon dioksida yang menyebabkan efek gas rumah kaca meningkat. Akibatnya akan berdampak pada perubahan lingkungan termasuk keberadaan ekosistem di dalamnya seperti terumbu karang dan hutan mangrove.
Untuk itu, Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi Universitas Pertamina (HMTG UPER) yang berkolaborasi dengan Smiling Coral Pulau Pramuka turut serta berupaya memberikan kontribusi terbaik dalam penanggulangan kondisi tersebut melalui berbagai program pelestarian lingkungan yang diberina nama Maintaining the Life of Biodiversity in Pramuka Island Kepulauan Seribu (MALIBU).
Kegiatan ini memiliki fokus pada pelestarian ekosistem alam berupa terumbu karang dan hutan mangrove. Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa kepedulian akan lingkungan pesisir kepada seluruh pihak yang terlibat dalam acara MALIBU, menumbuhkan rasa untuk menjaga potensi Pulau Pramuka melalui konservasi terumbu karang dan mangrove, dan untuk membangun kembali ekosistem yang seimbang.
Kegiatan MALIBU ini sudah dilaksanakan sejak Maret 2023 lalu dan pada 21 Oktober 2023 dilakukan monitoring terhadap terumbu karang dan mangrove yang telah ditanam oleh panitia MALIBU. Monitoring tersebut menunjukkan hasil bahwa pada mangrove terpantau masih bagus dan sehat, namun terumbu karang nya belum kelihatan karena sudah banyak terumbu karang yang saling menumpuk dan label penanda MALIBU di terumbu karang tersebut sudah ditutupi lumut sehingga sulit untuk dilihat.
Kegiatan ini tentunya dapat menjadi contoh bagi yang lain terhadap aksi nyata dalam pelestarian lingkungan hidup dan sekitarnya. Selain bermanfaat bagi lingkungan, kegiatan semacam ini pula bermanfaat bagi individu yang terlibat seperti meningkatkan rasa kepedulian terhadap ekosistem alam.
"Kegiatan MALIBU ini sangat menarik dan seru. Tentunya juga sangat bermanfaat. Pada kegiatan tersebut kita dapat menjadi salah satu agen pelestari lingkungan melalui program konservasi terumbu karang dan mangrove. Selain itu, melalui kegiatan ini pula saya dapat ikut menikmati keindahan Pulau Pramuka dalam kegiatan monitoring, sehingga timbul rasa kepuasan dan rasa kepedulian terhadap kelestarian lingkungan semakin tinggi," Ucap Pedro Gabriel Mangkey, Tim MALIBU dan Mahasiswa Teknik Geologi UPER. [NA].