Berita Energi
Pertamina Gandeng ExxonMobil Garap Teknologi Rendah Karbon

Published by: CNBC Indonesia 11 November 2021
Di baca: 11 kali
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) dan ExxonMobil sepakat untuk bekerja sama dalam mengembangkan teknologi rendah karbon untuk mencapai target netral karbon (net zero emission) pada 2060 atau lebih awal, melalui pengembangan teknologi Carbon Capture and Utilization and Storage (CCUS).
Kerja sama ini ditandai dengan dilakukannya penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dan President ExxonMobil Indonesia Irtiza H. Sayyed pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Glasgow, Skotlandia, Senin (01/11/2021).

Penandatanganan MoU ini juga disaksikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri BUMN Erick Thohir, beserta Wakil Menteri BUMN Pahala N. Mansury dan Menteri ESDM Arifin Tasrif.

Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan, Kementerian mendorong Pertamina untuk terus melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk perusahaan global dalam pengembangan teknologi CCUS.

"Kolaborasi CCUS ini merupakan langkah untuk mewujudkannya. Kemitraan ini sangat penting untuk mengurangi efek gas rumah kaca dan meningkatkan kapasitas produksi gas minyak nasional," tutur Erick Thohir, seperti dikutip dari keterangan resmi Pertamina, Selasa (02/11/2021).

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan juga turut mengapresiasi dan mendukung upaya kerja sama kedua perusahaan.
Menurutnya, kolaborasi tersebut akan memperkuat kemitraan strategis yang berkelanjutan antara Pertamina dan ExxonMobil yang telah terjalin sejak 1970-an di sektor hulu dan juga di sektor hilir.

"Peluang yang dikaji kedua perusahaan di Indonesia, kombinasi dari kebijakan pemerintah yang tepat dan kolaborasi industri akan berpotensi memberikan dampak yang luar biasa di sektor-sektor yang menyumbang emisi tertinggi, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Asia Tenggara," tuturnya.

Menko Luhut menegaskan, dalam rangka menghadapi perubahan iklim global, sangat penting untuk mengambil langkah-langkah pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) untuk mengatasi peningkatan suhu global agar tidak melebihi 1,5 derajat Celsius.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, dalam kaitan pengurangan emisi, di sektor hulu, Pertamina telah menginisiasi beberapa proyek CCUS pada lapangan migas dengan potensi pengurangan karbon dioksida hingga 18 juta ton.

Salah satu pengembangan teknologi CCUS Pertamina dilakukan di Lapangan Gundih, Cepu, Jawa Tengah yang terintegrasi dengan teknologi Enhanced Gas Recovery (EGR) dan berpotensi mengurangi sekitar 3 juta ton CO2 dalam 10 tahun dan meningkatkan produksi migas. Proyek ini direncanakan beroperasi pada 2026.
"Penerapan teknologi CCUS merupakan bagian dari agenda transisi energi menuju energi bersih yang tengah dijalankan Pertamina. Teknologi rendah karbon ini akan mendukung keberlanjutan bisnis Pertamina di masa depan," tutur Nicke.

Menurutnya, tantangan dalam pengembangan CCUS terletak pada nilai investasi yang besar dan nilai keekonomian yang belum ideal. Dalam menjawab tantangan ini, menurutnya Pertamina terus melakukan sinergi dan kerja sama dengan berbagai perusahaan migas dunia, sehingga dapat mengakselerasi implementasi CCUS melalui transfer teknologi, joint development, dan peningkatan capacity building.

Bersama ExxonMobil, Pertamina akan mengembangkan penerapan teknologi rendah karbon untuk mencapai netral karbon dalam mempromosikan global climate goals. Teknologi CCS diaplikasikan melalui penerapan proses injeksi CO2 ke dalam lapisan subsurface untuk diterapkan pada depleted reservoir di wilayah kerja Pertamina, serta mengkaji potensi skema hubs and cluster.

Pertamina dan ExxonMobil juga akan mengkaji terkait berbagi data teknis bawah permukaan (technical subsurface) yang diperlukan untuk penilaian subsurface formation sebagai tempat menyimpan CO2 dan karakteristik di lokasi tertentu di Indonesia.

Kedua perusahaan juga akan mengkaji terkait berbagi data infrastruktur termasuk data pipa, fasilitas dan sumur untuk mengevaluasi penggunaan ulang infrastruktur yang ada untuk transportasi

Aplikasi teknologi ini juga dapat diterapkan pada produksi blue hydrogen yang di kombinasikan teknologi CCS. Aplikasi lainnya yang akan dikaji adalah CCUS yaitu pemanfaatan CO2 yang akan diubah menjadi produk bernilai tambah yang penerapannya dilakukan di industri hulu dan hilir migas.

Thumbnail

Tinggalkan Balasan

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

© 2021 Universitas Pertamina.
All Rights Reserved